Sabtu, 21 Mei 2011

musisi jalan

Siapa yang mau berguru datang padaku
Sebut tiga kali namaku
Bento, Bento, Bento
Asyik…!

itulah sepenggal lirik lagu yang sering dinyanyikan para musisi jalanan. Hari ini saya senang, bukan karena ditraktir makan, bukan pula mendapat hadiah tapi hari ini saya melihat lomba para pengamen jalanan di salah satu kota di Jawa tengah. ini pertama kali saya melihat para musisi jalanan mendendangkan lagu ciptaan mereka sendiri. kalau boleh pinjam jempol orang-orang, saya akan lakukan untuk memberi apresiasi kepada mereka. 
bukan lagu cinta melulu
bukan lagu yang mendayu dayu 
buka pula lagu untuk merayu
mereka mendendangkan lagu politik, lagu tentang penindasan para pejabat kepada rakyatnya, lagu tentang ketidakadilan terhadap nasib rakyat kecil seperti mereka.
mereka memang tidak mengenyam pendidikan tinggi namun mereka mengerti atas ketidakadilan pemerintah terhadap nasib rakyat miskin yang selalu disisikan. lagu mereka seakan akan memberontak meneriakkan nasib mereka selama ini.
ada satu lagu yang agak menyentil bagi saya, lagu tentang mahasiswa yang notabene adalah seorang sarjana yang tidak hanya membanggakan toga mereka namun bisa membanggakan negara dengan menjadi pemimpin yang adil di bumi pertiwi ini.
semoga denganlagu mereka yang menggelitik bisa mengobarkan semangat rakyat untuk menegakkan keadilan di tanah air kita.

Jumat, 20 Mei 2011

mengajar berarti belajar ^^

sore itu tidak berbeda dari sore lainnya, jingga sudah mewarnai langit. seperti biasa, yang kulakukan adalah mencari anak-anak yang mau belajar bersama. seperti biasa kami belajar setiap hari selasa dan kamis. Lain lagi untuk anak yang drop out, kami belajar menambah frekuensi belajar pada hari jumat. 
mulai lah saya berjalan di lorong-lorong pasar yang terasa pengap karena barang-barang pedagang yang tidak sebanding dengan ukuran toko mereka. waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 namun toko belum tutup juga, sempat tersisip rasa khawatir kalau anak sudah berkumpul tapi toko belum juga tutup, lalu kami akan belajar dimana. namun kekhawatiran itu saya tepis, saya terus berjalan dan menyebrang jalan besar lalu berjalan di emperan toko, sampailah di suatu tempat di pinggir sungai sejarah di kota ini. tempat itu hanya sebuah warung kecil, namun anak anak selalu berkumpul di sana. bahkan kadang mereka bermain di pinggiran sungai yang terlihat sangat kotor. Sepertinya bau busuk dari sampah di sungai itu tidak memadamkan kegembiraan mereka untuk bermain. Mereka juga tidur di sekitar sana, kalau warung-warung makan di dekat sana sudah tutup, dibersihkan dan dijadikan tempat untuk beristirahat.
kelelahan berjalan terbayar dengan sambutan keceriaan mereka. setiap saya datang, mereka selalu tersenyum lebar dan memanggil nama saya, bahkan ada salah satu anak yang selalu memeluk saya ketika saya datang.
sesampainya saya disana, lantas tidak langsung mengajak mereka belajar tapi mengamati terlebih dahulu apa yang sedang mereka lakukan. Kadang mereka sedang bermain atau sedang makan. setelah beberapa menit, baru saya mengajak belajar. Saya tidak pernah lelah mengingatkan mereka untuk membawa alat tulis. walaupun sudah berulang kali saya ingatkan, mereka tetap saja tidak membawa, hanya dua sampai tiga orang anak saja yang membawa. Saya pun tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena saya sadar untuk mengubah perilaku itu tidak mudah.
Setelah semua siap, bergegas saya menggiring mereka ke tempat belajar seperti biasa. Kami tidak memiliki tempat belajar yang bagus, bahkan bisa dikatakan jauh dari bagus karena kami hanya belajar di emperan toko yang sudah tutup. saya tidak pernah menyalahkan keadaan atau menyesal, segalanya lagi lagi terbayarkan dengan kemauan dan semangat mereka untuk belajar. Tidak dipungkiri walaupun ada dari mereka yang sudah tidak duduk di bangku sekolah namun kemampuan mereka tidak kalah dengan anak anak lain. 
keinginan mereka untuk belajar dan membaca sangat besar, hingga pernah suatu hari waktu belajar kami sudah habis namun masih ada yang ingin belajar bahasa inggris lewat kamus bahasa inggris yang saya pinjami. Saya sadar walaupun mereka dianggap kaum marginal namun mereka juga punya hak mendapatkan pendidikan yang layak. saya berusaha memberikan ilmu yang saya miliki dengan maksimal. tidak hanya belajar yang menjadi hak bagi mereka namun bermain juga menjadi hak mereka yang tidak boleh dirampas. Sehingga kadang saya memberikan permain yang edukatif bagi mereka.
Kadang pekerjaan yang saya geluti ini dianggap orang lain hanya sebelah mata, tapi saya tidak peduli. Asalkan saya masih bisa memberikan manfaat untuk orang lain, saya akan terus melakukannya. Semangat anak-anak selalu bersinar walaupun kadang banyak halangan yang menghampiri.
Bagi saya mengajar berarti belajar, jadi semangat ini juga akan selalu bersinar bersama semangat anak anak itu.
=D