Senin, 26 November 2012

Mereka tempatku tertawa :D





“ Ibu , tinggal disini e? “ tanya gadis kecil dengan logat melayu.
“ Iya. “ jawabku sambil tersenyum
“ Yes!! Nanti saya datang belajar kek sini e bu.” Ucapnya sambil berlari pulang

Aching, Abeng dan Darmanto datang ke rumah tepat pukul satu siang padahal kami berjanji akan belajar pukul 3 sore. Mereka ingin belajar bahasa inggris namun aku menolaknya, aku ingin mereka belajar matematika.

Aching, sekarang dia duduk di kelas 3. Aching adalah nama China gadis berperawakan kecil ini. Aku sulit memanggil nama melayunya sehingga Abeng kakaknya menyarankanku memanggil ching. Mereka bertiga adalah suku asli, China.

Siang itu abeng dan darmanto belajar sudut dan trapesium, namun aku sadar ternyata kemampuan perkalian mereka masih rendah sehingga aku mengajar perkalian terlebih dahulu. Lucu, setiap kali aku beri soal perkalian, mereka berdua kompak menuju jendela dan menengok keluar jendela. Begitu mendapat jawaban, mereka kembali duduk di depanku. Aku tertawa melihat tingkah polah mereka.

Sedangkan ching belajar penjumlahan bersusun ke bawah. Sebenarnya dia sudah diajari oleh wali kelasnya namun sudah lupa. Memang karakter anak-anak disini seperti itu. Materi yang diajar hari ini, besok sudah lupa. Jadi aku berusaha mengingatkan lagi.

Abeng dan darmanto masih berkutat dengan perkaliannya, setiap aku cek pasti ada yang salah.
“ Ah payah bu.” (ah, sulit bu) ujar abeng
“ coba dulu, pasti bisa.” Jawabku
“ buat PR saje ye bu, kita belajar trapesium saje e.” Kilahnya
Aku menggelengkan kepala.

Lagi-lagi setiap aku cek pasti ada yang salah.
“ yah, salah lagi. Aduh penat bu(lelah).” Kata darmanto yang terlihat sudah bercucuran keringat.
Aku hanya tersenyum.
Meskipun jawaban mereka salah namun mereka terus mencoba memperbaikinya bahkan ketika aku jelaskan caranya lagi, mereka menolak.
“ oh, ya bu. Saya paham, saya paham.” Kata Abeng memotong keinginanku untuk mengajarinya lagi.

Lama sekali mereka menghitung perkalian, demikian juga ching. Namun aku sabar menunggu mereka, aku tersenyum melihat mereka berpikir untuk mendapatkan jawaban.

“ anak-anak, ibu ajarin bahasa china dong.” Ucapku memecah keheningan.
“ Ah, nanti ibu pasti gagap kalau ucap bahasa china. Orang-orang melayu kek gitu bu, sering gagap.” Lagak ching.
“ masa sih? “ lirikku tidak percaya.
“ iya bu. Benar.” Kata ching tidak mau kalah.

Akhirnya merekapun mau mengajariku.
Cara mereka mengajariku membuatku tertawa, mereka kroyokan. Aku geli dibuatnya. Ada perasaan bahagia dan campur haru ketika melihat mereka mau mengajariku bahasa mereka.
“ eh, ibu kok gak gagap e?” tanya Ching heran.
Aku tertawa terpingkal-pingkal
“ iya dong, ibu kan pintar.” Jawabku percaya diri.
“ iya, ibu pintar, yang lain gagap waktu belajar bahasa china, kalau ibu tidak.” Sahut darmanto.

Tiba-tiba abeng mengingatkan dengan bahasa china yang artinya “ ayo cepat soal dikerjakan, nanti tidak selesai-selesai lho.”

“ eh iya, ibu rakhma sih pakai ngajak bicara, jadi gak selesai. Diam ya bu.” Kata darmanto.
Lagi-lagi aku tertawa mendengar celotehannya.

Hampir dua jam kami belajar bersama.
“ ibu, besok minggu kami datang lagi ya.” Ucap ching sambil mencium tanganku
“ eh minggu kan libur, ibu mau istirahat.” Jawabku menggodanya.
“ ah, pokoknya saya gak mau tahu. Hari minggu saya tetap datang.” Katanya kekeh.
“ ibu mau tidur saja ah kalau kamu datang.” Aku tambah menggodanya.
“ ya terserah, pokoknya saya datang. “ kemudian dia pulang.
Dari jauh dia masih saja teriak-teriak akan datang besok minggu kemudian dia melambaikan tangan. Aku tertawa lagi melihat tingkahnya.

Aku tahu sekarang mengapa kebanyakan guru itu awet muda, karena celotehan-celotehan anak-anaklah yang menghibur dan bisa membuat tertawa. Ketulusan hati mereka lah yang membuat aku begitu mencintai mereka dan ingin selalu berbagi karena kunci kebahagiaan adalah saling berbagi J

2 komentar:

  1. waaaa... punya murid-pantang-menyerah gitu yang kita sebagai pengajar jadi semangat.. nggak kayak dulu aku pernah ngajar, tapi si murid sok bisa, diajari nggak mau.. ngerjain soal nggak kelar2 malah pengen nangis dia nya..hahaha
    aku malah jadi takut ntar didatengin bapaknya..hahaha

    Semangat,Rakhma..sukseskan pendidikan untuk daerah tertinggal.. Betapa mulianya kegiatanmu, jadi iri..

    BalasHapus
  2. iya faril, kalau kamu bertemu mereka pasti kamu ketawa mendengar celotehannya. dan pasti kamu merasa sangat bersyukur atas pendidikan yang sdh kamu dapat.
    ayooo ikut mensukseskan pendidikan indonesia.. semangat :))

    BalasHapus