Minggu, 02 Desember 2012

Rupatku, Indonesiaku


Hei, kamu pernah mendengar pulau rupat? Sebuah pulau yang berada di provinsi riau dan merupakan pulau perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dulu sering disebut pulau terluar Indonesia, namun masyarakat menolaknya karena jika dikatakan terluar berarti tidak termasuk Indonesia. Rupat ini masuk di dalam kabupaten bengkalis. Kabupaten bengkalis berada di pulau bengkalis dan untuk menuju kesana dari pulau Rupat dibutuhkan waktu ±5jam jika menggunakan kapal pompong, ± 3 jam jika menggunakan speedboat. Namun transportasi tersebut tidak beroperasi setiap hari, hanya di hari-hari tertentu saja.

Pulau Rupat ini terbagi menjadi dua kecamatan yaitu rupat utara dan rupat. Sebagian besar pulau ini masih dipadati rimbunan pohon kelapa sawit dan karet. Sehingga wajar jika sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani karet. Nderes adalah istilah mereka yang berarti menoreh karet. Kebetulan saya tinggal di Desa Kadur, Rupat Utara. Di desa ini dekat dengan pantai yang terkenal dengan pasir putihnya. Aspalisasi sudah mulai masuk desa meskipun belum sepenuhnya, bahkan untuk menuju kecamatan saja harus menempuh jalanan yang rusak parah. Bayangkan saja, akses ke pusat pemerintahan masih buruk bagaimana dengan daerah lain.

pantai rupat

Listrik juga belum mengaliri desa ini, genset menjadi sumber listrik dan hanya berlaku dari pukul 5 sore hingga 12 malam namun ada juga sampai pukul 7 pagi.

Barang-barang negeri Jiran mulai bertebaran di desa ini. Makanan, minuman, kebutuhan pokok dan masih banyak lagi. Wajar saja produk negeri sebrang lebih mudah masuk ke desa ini, jarak yang ditempuh dari rupat-malaysia hanya 20 menit menggunakan  speedboat sedangkan dari rupat ke daratan sumatra sekitar 2 jam menggunakan speedboat. Itulah alasan mengapa produk-produk itu duduk manis di rak para pedagang.

Beberapa nelayan juga menggunakan mata uang ringgit meskipun tidak semua, hanya di pesisir tertentu saja.

Pulau rupat memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa. Pantai berpasir putih yang masih perawan, hutan yang rimbun dan alami, keanekaragaman suku menjadi daya tarik tersendiri. Suku akit adalah suku asli di Rupat. Suku akit mirip dengan suku China namun warna kulitnya agak gelap. Mereka banyak bermukim di desa Titi Akar. Suku akit, china, melayu, dan jawa menyatu dan hidup berdampingan.

Rumah-rumah di desaku sebagian besar adalah rumah panggung dan jika rumah suku asli, di depan rumah mereka akan kamu dapati benda mirip kotak pos yang digunakan untuk  tempat sembayang. Jadi mudah sekali membedakan mana rumah suku asli dan suku melayu. Disini juga banyak ditemui orang jawa karena dulu daerah ini menjadi tempat rantauan mereka (orang disini tidak suka menyebut transmigrasi namun rantauan). Sebagian besar mereka bersal dari Pacitan dan Ponorogo, Jawa Timur. 

Jangan harap kamu bisa menemukan tempe di sini. Tempe jarang sekali masuk di pasar-pasar. Mungkin seminggu sekali baru ada. Begitu juga daging sapi jadi wajar kalau sulit menemukan bakso. Masyarakat Rupat paling sering memasak ikan karena kebiasaan mereka mukat (jaring ikan) di laut. Hasilnya di jual atau dikonsumsi sendiri. Hal yang membuat saya salut dari mereka adalah kepiawaian mereka mengolah makanan laut tanpa ada rasa amis sedikitpun.

Kalau kamu pecinta durian, pulau ini tepat menjadi pilihanmu berkuliner ria. Hampir setiap rumah memiliki pohon durian. Mereka tidak pernah memetik durian, durian dibiarkan masak dan jatuh sendiri. Soal rasa? Jangan tanya, enak dan begitu legit. Begitu masuk mulut, daging durian itu langsung lumer dan meninggalkan rasa manis. Sesudah makan durian, mereka menuangkan air di tempat durian yang sudah habis kemudian meminumnya, hal ini dipercaya dapat mengurangi panas dari durian yang dimakan. Percayalah, durian Riau itu membuatmu menjadi pecandu durian.

Ayolah sekali-kali berkunjung ke pulau yang eksotis ini, jangan biarkan pulau ini menjadi pulau yang terabaikan karena letaknya yang berbatasan dengan negara tetangga. Sampai sekarang, Rupat masih mengibarkan bendera merah putih dan masih mengumandangkan Indonesia Raya. Rupatku, Indonesiaku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar