Minggu, 26 Mei 2013

Gadis Penjual Karcis

Ratu hanya menjadi sosok di dalam pikirannya. Bahagia kadang menjelma menjadi sebuah madu yang manis namun sesekali menjadi racun yang melukai dirinya. Duduk dan menunggu penumpang membeli lembaran karcis di tangannya. Sebenarnya dia sudah tahu jika tak akan ada lagi kapal-kapal bersandar. Demi sebuah kebahagiaan dia menjadi gadis penjual karcis kapal. Demi menjadi seorang ratu yang hadir di dalam kerajaan imajinasinya. Lelaki itu datang dan  menceritakan tentang euforia sebuah kerajaan. Dia cukup mendengar dan hanya berimajinasi masuk di dalamnya. Lelaki berjambang terus bercerita tanpa jeda, dan tanpa jeda pula sang gadis ikut bereuforia.
Menunggu kapal datang berbanding lurus dengan bereuforia dengan lelaki itu. Begitu kapal tak lagi bersandar maka lenyaplah euforia itu. Hanya dengan menjadi gadis penjual karcis, dia bisa menikmati bahagianya meski kadang menyakitkan. Dia ingin menangis namun madu bahagianya jauh lebih besar dari racun bahagia.

            Entah sampai kapan dia akan menjadi gadis penjual karcis, mungkin hingga lelaki tegap itu tak lagi datang. 

Jumat, 24 Mei 2013

Konversi Malam


Lampu-lampu mulai dipatik untuk dapat menerangi malam, burung-burung kembali ke peraduan dan temaram mulai menampakkan kesunyiannya. Bukan untuk terlelap di antaranya namun malam membuatku terjaga. Seperti burung hantu yang menanti malam untuk dapat merasakan kehidupan, seperti kelelawar yang terbangun dan siap memangsa agar tidak kelaparan.
Aku tetap terjaga, menanti setiap detik, menit, dan jam bergerak. Kalau banyak orang tidak peduli dengan suasana malam maka tidak aku, aku terlalu peduli bahkan aku terlalu posesif. Meskipun sebenarnya aku tidak tahu seperti apa malam itu namun yang aku tahu hanya melalui malam lah, sisa detik dan menit ini sangat berarti. Tidak perlu dikonversikan menjadi sebuah percakapan, cukup dalam diam. Diam itu membuat udara di sekitarku dapat mengantarkan tentang dirimu, lewat udara aku merasakan rindu, lewat udara aku merasakan kasih yang kian berbuih. Udara itu beranak pinak menjadi sebuah dopping dan jelas menjadi sebuah candu yang terus memburu.
Jika boleh meminta, aku tidak ingin sang fajar terbangun dari tidurnya. Aku tidak rela setiap sisa penghabisan detik dan menit ini meluruh perlahan.


Tapi tunggu! bukankah pagi akan mengembalikan malamku? Akan mengembalikan penjagaanku atas konversi itu?

Selasa, 14 Mei 2013

Grow a day older


Every i read this, you are the first who come to my mind...
" if everything has been written down, so why worry..."



Kamis, 09 Mei 2013

Pahlawan Renta



...Don't judge the people by the cover...

Sepenggal pepatah yang sering banyak diucapkan orang lain dan lagi-lagi hari ini aku harus mengucap syukur karena Tuhan masih menegurku untuk berpikiran positif.
Hari ini aku, stanly dan tika pergi ke dumai. Sebuah kota tempatku mencari hiburan karena di rupat,domisili kami, tidak aa hiburan kota..bagi kami dumai adalah surga, meskipun kotanya tidak terlalu besar dan lengkap namun sangat berarti bagi kami. Setelah 24jam berada di kota ini, kami memutuskan pulang ke pulau rupat dengan menggunakan roro, sejenis kapal feri namun ukurannya lebih kecil. Karena kami ketinggalan roro di jam pertama maka kami harus menunggu roro di jam terakhir yaitu pukul 4 sore. Akhirnya kami memutuskan menunggu di musola dekat pelabuhan yang masuk kawasan kantor kecil milik chevron . Di samping pelabuhan terdapat sepetak rumah kecil yang dihuni oleh bapak yang sudah senja. Kami duduk di teras masjid sebelum masuk, si bapak memandangi kami. Setelah itu dia berteriak menyampaikan pesan agar pintu muaola ditutup lagi. Agak sedikit kesal karena dipandangi dengan tatapan aneh kemudian berteriak. Aku mengumpat dalam hati dan sempat berpikiran bapak adalah orang yang agak tidak waras.

Tiba tiba ada segerombolan anak yang entah berasal dari mana ingin menumpang ke kamar mandi musola. Dengan cepat si bapak melarang anak memasuki kawasan tersebut dan bertanya kepada anak anak tersebut. Ternyata anak anak itu ingin minum air di kamar mandi, dengan rasa kaget si bapak lalu mempersilakan mereka masuk ke rumahnya yang sangat sederhana untuk diambilkan minum.

Hati ini sedikiy bergetar ketika mendengar pernyataan si bapak, seketika merasa bersalah atas prasangka yang terlalu negatif. Kemudian stanly duduk di bawah pohon di dekat musola. 

" hay ngapain kamu disana, mari kesini jangan disana. Kalau mau istirahat di rumah bapak saja." ajak sang bapak dari kejauhan yang seari tadi memperhatikan gerak gerik kami.

Ternyata dia bercerita bahwa dia berasal dari banten jawa barat dan sudah 25 tahun menjaga kawasan kantor kecil chevron. Dia bekerja tanpa di bayar.
Hanya sepenggal kisah tentang hidupnya, ya meski hanya sepenggal namun membuatku menepis segala pikiran negatif yang sedari tadi menaungi otakku.

Minggu, 05 Mei 2013

Kembalinya Sang Puzzle




Awalnya hanya sebuah puzzle yang berantakan dan tidak membentuk gambar apapun. Puzzle itu meringkuk di lantai dan sesekali merasakan dinginnya desisan angin yang berhembus perlahan lewat sela-sela ventilasi. Tak tersentuh, hingga masa akan bersiap melahapnya dan tamatlah riwayat sang puzzle.

Sebuah tangan memunguti kepingan puzzle yang berserak dan memasangkannya secara perlahan. Semakin lama sebuah gambar muncul dari badan puzzle. Sebuah gambar sepasang sepatu yang manis.
Itulah kita, ibarat sebuah puzzle yang berantakan kemudian karena ada tangan yang peduli dan logika yang membuat setiap bagiannya saling melengkapi kemudian tersusun rapi.