Sekarang segalanya tidak dapat ditebak
termasuk cuaca. Harusnya Bulan Mei sudah masuk ke musim kemarau namun masih
saja hujan menghujam dengan derainya. Orang-orang berlarian mencari tempat
untuk berteduh, tidak terbesit pikiran untuk membawa payung karena pagi tadi matahari
masih menampakkan ke-sangar-annya. Untung saja Risa sudah pulang sekolah,
sekarang dia sedang asyik mencampurkan warna-warna di palet kesayangannya.
Entah apa yang sedang dia gambar. Aku hanya memantaunya dari jauh. Aku paham
bahwa jika sedang menyelami dunianya, Risa tidak akan mengijinkan orang lain
masuk. Dia hanyut dan menikmati apa yang telah membawanya pada sebuah
kebahagiaan untuk dirinya. Ini adalah hari kedua di masa cutiku. Sambil
menunggu Risa menggambar, aku menghalau debu yang melekat di lemari menggunakan
kemoceng berbulu halus. Sebenarnya debunya tidak terlalu banyak karena Mbak
Mina rajin membersihkan bahkan hingga sela-sela. Deretan foto yang aku pajang
kebanyakan memuat gambarku dan Risa, dan ada juga gambar keluarga besar namun lagi-lagi
tidak ada foto Ayahnya.
“
Selesai sudah!” kegirangan Risa dipamerkan.
“
Risa menggambar apa?” tanyaku tetap diposisi awal.
Tangan
mungilnya mengatupkan bibirnya seolah memberikan isyarat bahwa Risa tidak akan
membeberkan gambar yang tengah dibuat. Dipandanginya berkali-kali sambil
tersenyum. Aku ikut tersenyum.
“
Risa, ibu punya sesuatu untukmu.”
Matanya
terbelalak.