Rabu, 16 September 2015

Menantang Mimpi (1)

"Haus dan selalu merasa dehidrasi"

Begitulah yang saya rasakan ketika satu demi satu mimpi terwujud. Rasanya ketika satu mimpi terwujud akan ada seribu mimpi yang menantang untuk diwujudkan. So tired but its paid off and make me to say alhamdulillah.

Seperti mimpi melanjutkan sekolah lagi. Sebenarnya mimpi ini sudah terwujud  tahun 2012 ketika saya menjadi penerima beasiswa dikti calon dosen dan bisa melanjutkan di salah satu universitas favorit di Indonesia. Namun saya harus melepaskan bersamaan diterima menjadi pengajar muda di gerakan Indonesia Mengajar (IM). Bergabung di IM juga menjadi salah satu mimpi saya di tahun 2011 namun gagal diwujudkan karena tidak lolos di tahap administrasi. Kemudian di tahun 2012, saya memberanikan diri mendaftar kembali dan pembukaan selanjutnya saya dinyatakan lolos.
Ketika pilihan diambil dengan keyakinan maka tidak akan ada keraguan dan penyesalan dalam menjalaninya. Justru banyak hal tidak terduga yang saya dapatkan salah satunya jodoh :D
One more I have to say Alhamdulillah

Melepas Beasiswa DIKTI lantas tidak menyurutkan saya untuk mencoba beasiswa lagi namun rupanya mulai tahun 2014, DIKTI hanya memperbolehkan calon dosen yang sudah memiliki pengalaman mengajar di Universitas yang bisa mendaftar beasiswa. Berhenti? Tidak. Hanya tertunda.

Di tahun 2015, saya kembali mencoba beasiswa yang sedang ramai diperbincangkan yaitu LPDP. Rencananya saya akan mengikuti periode kedua di Bulan April namun nilai TOEFL belum mencukupi kemudian diundur ke periode berikutnya. Meskipun belum memenuhi namun saya tetap optimis dengan mendaftar online terlebih dahulu, menyusun esai dan upload dokumen seadanya, bahkan mengurus SKCK dan Surat Keterangan Sehat yang sudah saya penuhi sejak Bulan Maret karena saya sangat yakin apa yang saya lakukan tidak akan sia-sia. Sebagai informasi mulai periode ketiga 2015, LPDP memiliki kebijakan baru salah satunya bagi pendaftar harus melampirkan SKCK dan surat keterangan sehat.

Periode ketiga LPDP ditutup tanggal 24 Juli 2015 sedangkan TOEFL saya baru keluar tanggal 11 Juli 2015, yang membuat sedikit panik lagi adalah tanggal-tanggal tersebut merupakan peak season  lebaran. Setelah nilai TOEFL cukup, saya segera menghubungi dosen di kampus untuk minta surat rekomendasi. Karena kampus sudah libur maka surat baru bisa diambil setelah lebaran. Rasanya pesimis bisa submit semua dokumen di batas akhr mengingat ada beberapa dokumen belum di-scan dan tempat foto copy scan masih banyak yang tutup. Tidak kalah membuat panik, ternyata surat keterangan sehat juga harus mencantumkan bebas narkoba. Kembali lagilah saya ke rumah sakit. Kekurangan dokumen saya selesaikan setelah lebaran dan H-3 sebelum penutupan. Pikiran bercabang karena kebetulan di saat yang bersamaan, saya juga mengurus sendiri rencana pernikahan.
Target saya harus sudah submit H-1 penutupan karena menurut informasi yang beredar, website sering down di hari terakhir. Alhamdulillah tanggal 23 Juli 2015 saya submit dengan lancar. (Tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarkan kepada calon suami yang terus mendukung khususnya waktu lelah tes TOEFL yang selalu gagal)

Sekadar berbagi tips bahwa jangan pernah lelah googling dan bertanya kepada awardee lain tentang cara menyusun esai. Saya sudah assessment dan mengumpulkan esai yang kebetulan di-upload di website sejak awal tahun. Namun jangan pernah menulis sama persis karena akan dipertanggungjawabkan di tahap wawancara. Ada 3 esai yang harus diselesaikan yaitu kontribusi yang pernah/ sedang/ akan dilakukan, sukses terbesarku untuk negeri, dan rencana studi. Menyadur kata seorang teman dan calon suami bahwa tulislah dengan jujur atas apa yang pernah kamu lakukan serta kamu ingin wujudkan.

Tepat tanggal 9 Agustus 2015, sebuah sms dari LPDP masuk ke handphone dan menginformasikan bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar