Kamis, 17 September 2015

Menantang Mimpi (2)

Setelah mendapatkan email dan jadwal dari LPDP di tahap selanjutnya. Saya mulai mempersiapkan diri karena tahapan selanjutnya adalah tahapan yang menentukan apakah kita lolos atau tidak. Seperti yang sudah saya tulis bahwa periode ketiga LPDP tahun 2015 memiliki kebijakan baru terkait tahapan seleksi yaitu dengan ditambahkan writing on the spot.

Saya mulai googling tentang wawancara, kemudian membuat kumpulan list pertanyaan dari internet. Geli juga membaca pengalaman para awardee ketika wawancara diminta menyebutkan pancasila, pembukaan UUD, atau bernyanyi lagu daerah. Apapun itu, semua sudah dipersiapkan. Setelah list tersusun rapi maka saya berlatih wawancara dengan suami seolah olah beliau adalah pewawancara. Sedangkan untuk menghadapi tes LGD (Leadership Group Disscussion), saya rajin mengikuti berita dalam kurun sebulan terakhir di internet dan tentu berita terbaru.

Karena berdomisili di Manado maka saya memilih tes di Makassar. Sebelumnya seorang teman yang sudah lolos memberitahu lebih baik memilih tempat di Jawa yang sudah pasti karena jika di luar jawa dan tidak ada pesertanya maka akan dipindah tempat. Alhamdulillah, di periode ini LPDP membuka tempat di luar jawa lebih banyak seperti di Medan, Kalimantan, dan Sulawesi. Saya juga percaya bahwa ke depan akan dibuka tempat baru karena melihat antusias para putra putri bangsa mengikuti beasiswa ini.
Satu hari sebelum seleksi, LPDP mengirimkan jadwal dan saya mendapatkan waku selama dua hari. Hari pertama verifikasi berkas, writing on the spot dan LGD. Sedangkan hari kedua hanya wawancara.

Tibalah…


Hari pertama saya datang ke Gedung Keuangan Negara Makassar jam 10.30 karena mendapatkan jadwal jam 11.00
Deg-degan? Nervous? Pasti!!!
Sudah membayangkan saya akan bertemu dengan orang-orang hebat yang sedang menantang mimpi seperti saya.
Menenangkan diri dan percaya diri bahwa kita bagian dari mereka. Itu ampuh untuk mengusir nervous.
Begitu masuk ke ruangan, para peserta diminta absen dengan menunjukkan barcode di kartu peserta yang sudah diprint. Setelah itu menunggu untuk verifikasi berkas. Sambil menunggu, saya berkenalan dengan peserta lain. Alhamdulillah membuat semakin bersemangat untuk bisa lolos karena melihat mereka yang tidak kalah bersemangat.

1.     Tahap Verifikasi Berkas
Pastikan semua berkas yang diminta dibawa dari ijazah asli sampai surat keterangan sehat bebas narkoba dari rumah sakit pemerintah. Karena tidak sedikit peserta gugur karena berkas tidak lengkap. Sayangkan apalagi kalau sudah jauh-jauh ke tempat seleksi.

2.     Tahap LGD
Masing-masing peserta akan mendapatkan kelompok yang terdiri dari 8 orang. LPDP akan menginformasikan satu hari sebelumnya sehingga pastikan masuk di kelompok mana.
Di ruang LGD sudah ada dua orang psikolog dan kami diberikan satu materi selama 45 menit ( 5 menit untuk membaca dan 40 menit untuk berdiskusi). Karena ini adalah leadership untuk itu sisi kepemimpinan masing-masing orang dinilai. Tips :
a.     Tawarkan diri menjadi moderator atau notulen
b.    Jangan menjatuhkan, kalau memang tidak setuju dengan pendapat teman lain silakan pergunakan bahasa yang positif. Misal : Pendapat si A sudah baik namun menurut saya….
c.     Beri kesempatan teman untuk mengemukakan pendapat.
d.     Jangan mendominasi, tahan emosi agar tidak menggebu-gebu.

3.     Tahap Writing on The Spot
Inilah tahap baru yang ditambahkan LPDP. Satu kelompok diminta masuk ke dalam satu ruangan dan duduk di meja yang sudah disiapkan kertas. Setelah panitia memberikan petunjuk, para peserta akan dihadapkan pada dua kasus dan diminta memilih salah satu. Penilaiannya mencakup sistematika menulis dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat seleksi kemarin saya menulisnya dengan mengungkapkan pendapat setuju atau tidak lalu alasannya bahkan saya memberikan contoh kasus, tidak lupa saya memberikan penyelesaian masalah dan ditutup dengan kesimpulan.
Waktu yang diberikan hanya 30 menit.

4.     Tahap Wawancara
Tahap ini yang jujur membuat saya dan peserta lain deg-degan. Sebelumnya saya juga berbincang dengan peserta lain yang sudah melalui tahap ini. Ada yang merasa dibantai, ada yang merasa pertanyaannya tidak berkaitan, dan masih banyak  pengalaman lucu lainnya. Lagi-lagi saya memerintah otak dan diri saya untuk percaya diri (percaya tidak percaya, ini ampuh untuk menghadapi tes wawancara)
Hari selanjutnya saya hadir 30 menit sebelum wawancara. Alhamdulillah saya mendapatkan jadwal pagi jam 08.00 (masih segar dan semangat penuh). Ada juga teman saya yang mendapatkan jadwal jam 5 sore sedangkan dia harus verifikasi berkas pagi.
Nama saya dipanggil dan masuk ke suatu ruangan besar yang terdiri dari banyak meja. Masing-masing meja telah bersiap 3 orang pewawancara yang terdiri dari dua ahli bidang akademik dan satu psikolog. Handphone sudah saya matikan sejak absen peserta (menghindari melihat handphone juga jadi jurus ampuh untuk konsentrasi dan siap menghadapi wawancara). Lagipula pewawancara juga tahu kalau peserta belum mematikan handphone-nya.
Sebelum duduk, saya menjabat tangan pewawancara dengan percaya diri sambil mengenalkan diri meskipun nanti ada sesi perkenalan diri.
Seperti pengalaman teman lain, pewawancara meminta saya memperkenalkan diri, setelah itu ditanya mengenai CV dan esai yang sudah saya buat. Waktu selama wawancara selama 45 menit. Kira-kira seperti inilah list pertanyaan yang diajukan :
1.     Perkenalkan diri anda
2.     Mengapa ingin mengambil S2
3.     Mengapa mengambil di UGM bukan UNDIP karena juga alumni UNDIP, domisili Semarang dan UNDIP juga masuk list LPDP?
4.     Pengalaman organisasi
5.     Apa yang akan anda lakukan setelah selesai kuliah? Langkah apa yangs udah anda lakukan? (Saya jawab pengabdian di Manado karena suami asal Manado)
6.     Bagaimana jika LDR sama suami? ( bagian ini yang dikaji memakan waktu hampir 15 menit)
Kemudian saya menjawab suami ikut
7.     Bagaimana jika suami anda mendapatkan posisi bagus di Jawa sedangkan anda ingin mengabdi di luar jawa?(Pertanyaan susulan)
8.     Usaha apa yang sudah suami lakukan terhadap usaha yang dibangunnya di Manado sehingga anda yakin suami tidak akan tinggal di jawa? Jelaskan!
9.     Jelaskan pengalaman organisasi anda yang paling berkesan dan apa yang anda lakukan disana. (kemudian ditanya tentang indikator keberhasilan program)
10.  Mengapa anda mengambil beasiswa LPDP padahal sebagai lulusan Indonesia Mengajar pasti bisa diterima di Beasiswa seperti chevening atau AAS?
Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang diajukan dan ada beberapa pertanyaan singkat yang diajukan. Wawancara menggunakan 80% bahasa Indonesia dan 20% Bahasa Inggris (Berbeda-beda tergantung pewawancara). Mengambil dalam negeri atau luar negeri tidak ada hubungannya dengan bahasa.
Alhamdulillah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh suami saat simulasi wawancara keluar sehingga sudah diantisipasi.
Tips :
1.     Tenang agar bisa menjawab pertanyaan yang tidak terduga.
2.     Jangan menjawab terburu-buru (kesalahan saya karena terlalu bersemangat sehingga pewawancara belum tuntas sudah saya iyakan)
3.     Wawancara ini kroscek dari essai dan CV yang sudah kita tulis sehingga bertanggungjawablah.
4.     Ini tips ampuh juga dari suami yang saya gunakan
Jawablah dengan jujur jangan dibuat-buat. Jujur itu membawa kejelasan jawaban namun jika dibuat-buat akan menimbulkan pertanyaan lain. Jawab dengan percaya diri dan tenang karena pada prinsipnya wawancara tidak akan menjatuhkan tetapi menggali lebih dalam.

Alhamdulillah semua seleksi selesai. Rasanya lega. Jangan lupa lapor panitia bahwa kita telah menuntaskan semua proses. Tinggal berdoa dan optimis.

****
Dua minggu kemudian.

Sms masuk ke handphone memberitahukan bahwa LPDP telah mengirimkan email. Buru-buru saya buka sembari berdoa dan alhamdulillah saya dinyatakan lulus. Namun semua proses belum selesai, masih ada Persiapan Kepemimpinan November nanti. Harus jaga kesehatan agar bisa menjalani semua proses termasuk proses mendaftar sekolah lagi.
Alhamdulillah, sampai sekarang masih diijinkan terus menantang mimpi untuk diwujudkan. Jangan lelah dan selalu percaya bahwa segala proses adalah pembelajaran serta memberikan manfaat dalam hidup.

PS : Suasana seleksi tidak seseram yang dibayangkan, tidak ada atmosfer kompetitif. Suasananya hangat dan santai. Selain itu LPDP tidak berdasarkan target atau kuota dalam menerima awardee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar