Rasanya tidak percaya ketika saya bisa
mencoba dan meracik menu-menu baru baik sebagai menu utama atau kudapan.
Sebelum saya menikah, ke dapur saja malas apalagi urusan memasak. Mungkin
karena sudah terbiasa di rumah kami ada mbak asisten yang dipekerjakan ibu
sehingga anak perempuannya termanjakan. Namun ibu pernah membesarkan hati saya “
memasak itu proses belajar, tidak butuh kemampuan khusus. Nanti kalau sudah
menikah pasti bisa. Ibu dulu juga begitu.”
Akhirnya alasan inilah yang saya jadikan
pembenaran. Namun memang benar menikah mengasah kemampuan memasak saya. Terlebih
tinggal jauh dari orang tua dan mertua, di luar jawa yang memang belum pernah
terjamah. Alasan lain karena memang di kota domisili saya banyak bertebaran
makanan non halal sehingga harus bijak dalam membeli makanan.
Sudah 6 bulan ini saya dan suami juga
menjadi pembelajar food combining
sehingga sering mendapatkan informasi makanan sehat salah satunya makanan bebas
gluten. Lantas apa itu gluten? Gluten adalah protein yang terkandung bersama
pati. Gandum mempunyai kandungan gluten tertinggi. Kata dasar gluten berasal
dari glu/glue, yang artinya adalam lem. Gluten inilah yang membuat adonan
roti atau kue menjadi mengembang dan terasa enak. Banyak makanan di luar sana
yang mengandung gluten seperti donat, roti, mie dan hasil olahan gandum. Dari
sisi kesehatan, gluten berat dicerna oleh tubuh dan membutuhkan waktu cerna
selama 3x24 jam. Agak ngeri membayangkan bagaimana dengan makanan lain yang
harus menunggu dicerna setelah kita konsumsi gluten. Ujung-ujungnya jadi
sampah. Selain itu di ilmu food combining,
konsumsi gluten juga termasuk cheating,
dan memang efek yang saya rasakan perut menjadi begah dan eneg. Efek inilah
yang membuat saya dan suami jera untuk cheating
gluten. Alhasil kami berpikir bagaimana bisa cheating namun dengan meninggalkan
gluten dan tidak begitu jauh menyimpang dari juklak ( kita sebut menu tidak
ideal). Jenis tepung yang bebas gluten yaitu tepung beras, tepung ketan, tepung
mocaf, tepung tapioka, tepung jagung, tepung pisang dan lain-lain. Sedangkan
yang mengandung gluten adalah tepung terigu.
Dari coba-coba maka didapatlah kudapan
serabi pisang gluten.
Bahan :
150gr tepung beras
4 pisang gapi/ raja ( yang manis rasanya
karena tidak menambahkan gula)
250ml santan encer
1 sdt vanili
1 sdt garam
Daun pandan secukupnya
Taburan :
3 pisang gapi / pisang raja
Langkah :
1.
Kupas
pisang dan lumatkan di dalam baskom.
2.
Masukan
tepung beras, garam, vanili. Aduk rata
3.
Masukkan
santan secara perlahan hingga adonan agak cair ( Jika kurang manis bisa
ditambahkan pisang) dan masukkan daun pandan
4.
Siapkan
loyang serabi atau teflon anti lengket. Kalau saya pakai teflon. Tuang adonan
dengan diameter 8-10cm ( sesuai selera,
jika mau lebih besar juga tidak masalah) dan ketebalan 0.5-1 cm (sesuai selera)
taburi dengan potongan pisang di atasnya dan tutup.
5.
Jika
sudah terlihat berwarna agak keabu-abuan dan bagian bawah berwarna cokelat
segera angkat.
Silakan takaran bahan disesuaikan. Karena kadang
saya masih menggunakan perasaan dalam menuang bahan-bahannya :D
Saya menghindari susu dan telur karena
tergolong protein hewani yang tidak boleh dipadu padankan dengan pati dalam ilmu
food combining. Karena akan memberatkan sistem cerna tubuh dan cenderung
membuat tubuh berasa di kondisi asam. Menu ini hanya menjadi selingan sore kami
setelah 5 hari berfood combining ria. Biasanya kami membuat kudapan seperti ini
di akhir pekan namun tetap makan sayuran mentah atau minum jus sesudahnya agar
enzim aktif dalam tubuh tetap tersedia.
Percayalah masih banyak menu sehat yang bisa
diolah sehingga bijaklah dalam memilih makanan. Selamat mencoba. Jangan
menyerah ketika gagal.:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar