Temaram mulai tiba. Burung-burungpun perlahan kembali ke
peraduan dan sang bulan siaga menjaga malamnya agar tetap bercahaya. Di sebuah
rumah kayu yang sudah renta itu nampak dua insan sedang mengadu kasih.
Sepertinya sudah sangat lama mereka menanti rindunya terurai. Tak ada suara
yang merambat, hanya sebuah bisikan bisikan lembut yang tertambat. Sosok yang
menjadi sandarannya sedang bercerita tentang asmara. Layaknya seorang anak
kecil yang diceritakan dongeng, sang gadis menyimak dengan seksama. Hatinya perlahan
mengurai aksara aksara yang mengalir dari mulut sang pria. Sesekali sang pria
menatap lekat sang gadis kemudian mengecup keningnya, kemudian dirangkainya
lagi kisah untuk sang gadis. Bagi sang gadis, ini seperti pertunjukan
kesukaannya, telinga, mata dan hatinya menangkap segalanya. Malam semakin sunyi
dan sunyi semakin sepi, tak ada kehidupan selain mereka. Kini mereka berbincang
yang meyisakan jutaaan kisah tentang sang pria, gadis dan tentang mereka.
Rupanya mereka sedang membangun sebuah bangunan yang indah melebihi indahnya
berjuta-juta istana yang pernah ditemui dan sebuah bangunan yang kuat bahkan
lebih kuat dari sejuta tonggak sekalipun. Malam semakin pekat,pekat,pekat dan
mereka tidak lagi dekat namun semakin lekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar