Selasa, 06 Maret 2012

Aku adalah Usang…



Kamar ini masih terasa seperti beberapa tahun yang lalu. Tidak banyak yang berubah, dinding yang berwarna putih dengan hiasan bintang-bintang, lampu tidur yang membuat suasana semakin nyaman untuk tempat beristirahat, jendela yang menghadap ke arah dimana sang mentari bangun dari tidurnya, pintu dari pohon jati yang masih tampak kokoh. Aku suka atmosfer kamar ini. Begitu teduh dan mampu melepas segala rasa lelah dan penat. Aku sangat mencintainya. Terjebak! tidak ingin rasanya menghitung waktu selama bersama nya, di ruang ini, di kamar ini.
Aku selalu setia menunggunya pulang, selelah apapun aku menunggu, tapi aku selalu senang ketika dia datang. Senyumku menyambut kehadirannya. Sendiri menunggunya adalah hal yang melelahkan namun begitu mendapati sosok kehadirannya selalu muncul kehangatan. Dipeluknya aku, didekapnya aku, terasa sekali hangat cintanya kepadaku. Aku selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Putaran peristiwa sudah aku lalui bersamanya.
Aku menjadi saksi saat dia mulai mengenyam bangku sekolah, betapa gembiranya dia karena akan memakai seragam sekolah seperti teman-teman lainnya. Setiap malam ditelitinya segala peralatan sekolah yang akan dibawa esok hari. Dia selalu rajin bangun pagi karena tidak ingin terlambat saat masuk sekolah.
Aku menjadi saksi saat dia memohon kepada Tuhan di sepertiga malamnya. Dengan tulus dia memohon, air matanya mengalir dan membasahi pipi lembutnya. Dia memohon agar Tuhan dapat menyembuhkan ibunya. Ibu yang sangat dia cintai. Ibu yang selalu ada di sampingnya Tak pernah dia lelah berdoa untuk meminta kepadaNya. Jika aku memiliki airmata pasti akan tumpah saat itu juga.
Aku menjadi saksi saat dia mulai beranjak menjadi gadis remaja. Terekam jelas kenangan itu, saat dia menstruasi pertama kali. Sepanjang hari dia hanya berguling guling di atas kasur. Dia menangis menahan sakit di perutnya. Aku tahu sebenarnya dia berusaha agar tidak menangis, namun ini hal pertama yang dia alami.Aku tidak bisa melakukan apapun, aku hanya menatap dan mendengar kesakitannya.
Aku menjadi saksi saat dia benar benar menjelma menjadi gadis dewasa yang cantik. Penampilannya berubah, tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Dia mulai pandai bersolek, tidak heran kalau penampilannya bisa menarik perhatian banyak pria.
Aku menjadi saksi saat dia mulai mengenal cinta.. Dia bercerita padaku jika ada pria tampan dan baik yang mencintainya. Parasnya nampak bercahaya saat menceritakan pria beruntung itu. Banyak cerita yang mengalir tentang pria yang dicintainya Dia benar benar mencintai pria itu. Setiap bangun tidur, kudapati senyumnya merekah. Mungkin semalam dia bermimpi sedang berjalan jalan di taman bunga bersama pria tersebut. 
Aku menjadi saksi saat hatinya hancur karena pria yang dicintainya. Tangisnya pecah sepanjang malam, tak sedikitpun aku dilepaskan dari dekapannya. Aku merasakan tetesan airmatanya jatuh diwajahku. Terasa dingin dan memilukan. Dia bercerita padaku kalau pria yang dicintainya harus meninggalkannya. Terus menerus diceritakan kenangan bersama pria itu, dan selalu teriring airmatanya. Namun aku hanya mampu mendengarkan tanpa bisa berbuat apapun, tetapi kadang memang ada saatnya kita hanya menjadi pendengar yang baik karena hal tersebut justru bisa lebih menenangkan. Tidak singkat untuk melupakan segala keindahan bersama orang yang dicintai, dia baru terlihat tegar kembali setelah beberapa bulan. Aku senang saat segalanya menjadi normal kembali. Aku mendapati senyum manisnya, tawanya, dan pancaran kecantikannya.
Aku menjadi saksi saat dia memasuki dunia kerja. Dunia yang baru baginya namun sangat berarti bagi dia. Itu yang dikatakan padaku. Cium dan dekap sayangnya masih tercurahkan kepadaku. Aku melihat dia mempersiapkan diri di hari pertamanya masuk kerja. Perasaan senang nampak dari wajahnya karena dia akan menjadi wanita yang mandiri.
Aku senang bisa selalu bersamanya dan menemaninya dalam keadaan apapun. Namun kini semua akan menjadi kenangan. Dia sudah menemukan pria yang membuatnya jatuh cinta kembali. Seorang pria yang bisa melindunginya, menemaninya, menjaganya setiap saat. Seorang pria yang bertanggungjawab atas dirinya. Seorang pria yang hebat karena bisa mencintai wanita hebat seperti dia. Senang dan sedih perasaan ini, senang karena dia menemukan kehidupannya, sedih karena kini dan seterusnya aku tak lagi bersamanya. Aku sedih tidak bisa melihat senyum manis gadis berlesung pipi itu. Aku sedih tidak bisa melihat binar kebahagiaan dimatanya

Kini aku pun hanya duduk disudut benda besar yang sering disebut manusia adalah lemari. Disana aku berkumpul dengan benda yang sejenis denganku. Pintu lemari itu selalu tertutup dan sudah jarang dibuka. Kini kami hanya menjadi pajangan indah di ruangan itu. Bahkan Aku merasa sudah terlalu usang untuk menjadi sebuah pajangan. Yang bisa kulakukan hanya terdiam, namun dalam kediaman itu aku bersyukur bisa menyimpan sejuta kenangan indah dan tak akan pernah menjadi usang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar