Kamar ini masih terasa seperti beberapa tahun yang lalu.
Tidak banyak yang berubah, dinding yang berwarna putih dengan hiasan bintang-bintang,
lampu tidur yang membuat suasana semakin nyaman untuk tempat beristirahat,
jendela yang menghadap ke arah dimana sang mentari bangun dari tidurnya, pintu
dari pohon jati yang masih tampak kokoh. Aku suka atmosfer kamar ini. Begitu
teduh dan mampu melepas segala rasa lelah dan penat. Aku sangat mencintainya.
Terjebak! tidak ingin rasanya menghitung waktu selama
bersama nya, di ruang ini, di kamar ini.
Aku selalu setia menunggunya pulang, selelah apapun aku
menunggu, tapi aku selalu senang ketika dia datang. Senyumku menyambut
kehadirannya. Sendiri menunggunya adalah hal yang melelahkan namun begitu
mendapati sosok kehadirannya selalu muncul kehangatan.
Dipeluknya aku, didekapnya aku, terasa sekali hangat cintanya kepadaku. Aku
selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Putaran peristiwa sudah aku lalui bersamanya.
Aku menjadi saksi saat dia mulai mengenyam bangku sekolah,
betapa gembiranya dia karena akan memakai seragam sekolah seperti teman-teman
lainnya. Setiap malam ditelitinya segala peralatan sekolah yang akan dibawa
esok hari. Dia selalu rajin bangun pagi karena tidak ingin terlambat saat masuk
sekolah.
Aku menjadi saksi saat dia memohon kepada Tuhan di sepertiga
malamnya. Dengan tulus dia memohon, air matanya mengalir dan membasahi pipi
lembutnya. Dia memohon agar Tuhan dapat menyembuhkan ibunya. Ibu yang
sangat dia cintai. Ibu yang selalu ada di sampingnya Tak pernah dia lelah
berdoa untuk meminta kepadaNya. Jika aku memiliki airmata pasti akan tumpah saat itu juga.
Aku menjadi saksi saat dia mulai beranjak menjadi gadis
remaja. Terekam jelas kenangan itu, saat dia menstruasi pertama kali. Sepanjang
hari dia hanya berguling guling di atas kasur. Dia menangis menahan sakit di
perutnya. Aku tahu sebenarnya dia berusaha agar tidak menangis, namun ini hal
pertama yang dia alami.Aku tidak bisa melakukan apapun, aku hanya menatap dan mendengar kesakitannya.
Aku menjadi saksi saat dia benar benar menjelma menjadi
gadis dewasa yang cantik. Penampilannya berubah, tidak seperti beberapa tahun
yang lalu. Dia mulai pandai bersolek, tidak heran kalau penampilannya bisa menarik
perhatian banyak pria.
Aku menjadi saksi saat dia mulai mengenal cinta.. Dia
bercerita padaku jika ada pria tampan dan baik yang mencintainya. Parasnya
nampak bercahaya saat menceritakan pria beruntung itu. Banyak cerita yang mengalir
tentang pria yang dicintainya Dia benar benar mencintai pria itu. Setiap bangun
tidur, kudapati senyumnya merekah. Mungkin semalam dia bermimpi sedang berjalan
jalan di taman bunga bersama pria tersebut.
Aku menjadi saksi saat hatinya hancur karena pria yang
dicintainya. Tangisnya pecah sepanjang malam, tak sedikitpun aku dilepaskan
dari dekapannya. Aku merasakan tetesan airmatanya jatuh diwajahku. Terasa dingin
dan memilukan. Dia bercerita padaku kalau pria yang dicintainya harus meninggalkannya. Terus menerus diceritakan kenangan bersama
pria itu, dan selalu teriring airmatanya. Namun aku hanya mampu mendengarkan
tanpa bisa berbuat apapun, tetapi kadang memang ada saatnya kita hanya menjadi
pendengar yang baik karena hal tersebut justru bisa lebih menenangkan. Tidak
singkat untuk melupakan segala keindahan bersama orang yang dicintai, dia baru
terlihat tegar kembali setelah beberapa bulan. Aku senang saat segalanya
menjadi normal kembali. Aku mendapati senyum manisnya, tawanya, dan pancaran
kecantikannya.
Aku menjadi saksi saat dia memasuki dunia kerja. Dunia yang
baru baginya namun sangat berarti bagi dia. Itu yang dikatakan padaku. Cium dan
dekap sayangnya masih tercurahkan kepadaku. Aku melihat dia mempersiapkan diri
di hari pertamanya masuk kerja. Perasaan senang nampak dari wajahnya karena dia
akan menjadi wanita yang mandiri.
Aku senang bisa selalu bersamanya dan menemaninya dalam
keadaan apapun. Namun kini semua akan menjadi kenangan. Dia sudah menemukan
pria yang membuatnya jatuh cinta kembali. Seorang pria yang bisa melindunginya,
menemaninya, menjaganya setiap saat. Seorang pria yang bertanggungjawab atas
dirinya. Seorang pria yang hebat karena bisa mencintai wanita hebat seperti
dia. Senang dan sedih perasaan ini, senang karena dia menemukan kehidupannya, sedih karena kini
dan seterusnya aku tak lagi bersamanya. Aku sedih tidak bisa melihat senyum
manis gadis berlesung pipi itu. Aku sedih tidak bisa melihat binar kebahagiaan dimatanya
Kini aku pun hanya duduk disudut benda besar yang sering
disebut manusia adalah lemari. Disana aku berkumpul dengan benda yang sejenis
denganku. Pintu lemari itu selalu tertutup dan sudah jarang dibuka. Kini kami
hanya menjadi pajangan indah di ruangan itu. Bahkan Aku merasa sudah terlalu
usang untuk menjadi sebuah pajangan. Yang bisa kulakukan hanya terdiam, namun
dalam kediaman itu aku bersyukur bisa menyimpan sejuta kenangan indah dan tak akan pernah menjadi usang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar