Senin, 31 Desember 2012

Kasih Kisah Tanpa Nama


Aku rindu dan cemburu

Aku pernah menjadi bagian dari mereka
Mereka yang melukis hari dengan senyum, mereka yang berlari tanpa tendesi, mereka yang berjuang dengan cinta dan mereka yang selalu menjadi mereka.

Senin, 24 Desember 2012

Penghapus vs Buku

Tuhan telah menyediakan sebuah buku untuk kehidupanmu dan kamu diijinkan merangkai beribu-ribu aksara sesuka hatimu. Tuhan tidak pernah melarang apapun yang kamu rangkai.
Bahkan ketika kamu salah menulis, Tuhan terkadang menghapusnya.
Namun jangan keburu kebakar hatimu ketika Tuhan tidak membantumu menghapusnya.

Bukan enggan atau tidak sayang...
Tuhan amatlah sayang padamu, kalau Dia tidak menyediakan penghapus untuk cerita hidupmu maka Dia menyediakan berlembar –lembar kertas yang siap diberikan untukmu. Dia memberimu kesempatan untuk bisa merangkai aksara-aksara hidupmu yang jauh lebih indah.
Bahkan Tuhan juga tidak segan mengganti bukumu yang sudah usang dengan buku baru.
Buku putih bersih tanpa noda yang siap kau toreh dengan cerita-cerita yang indah dan bahagia.

Bukankah Tuhan teramat baik untukmu? lalu pantaskah kamu selalu berkeluh kesah?

Sabtu, 22 Desember 2012

Kepingan Rindu Di Hari Ibu



Tiba-tiba getaran handphone terasa dari dalam tas ranselku, namun aku abaikan. Aku bisa menebak siapa yang telpon setiap pagi di jam yang sama. Aku sengaja tidak mengangkat karena sedang perjalanan menuju sekolah. Begitu sampai di kantor guru, aku melihat one missed call di layar handphone ku. Benar sekali tebakanku siapa yang menelpon. Bunda :) , begitulah nama yang terlihat.
Bukan mengabaikan, namun aku berniat menelponnya setelah sekolah usai. Aku ingin mengucapkan beberapa patah kalimat yang memang harus aku ucapkan hari ini.
Hari ini aku harus menyelesaikan beberapa data untuk keperluan yayasan, selain itu aku harus mengurus laporan pertanggungjawaban kegiatan pelatihan yang diadakan beberapa hari lalu. Di saat sedang sibuk mengisi data, tiba-tiba genset sekolah dinyalakan. Maklum di desa kami, listrik belum masuk sehingga genset adalah satu-satunya energi pembangkit listrik yang digunakan. Begitu genset hidup, televisi, printer, dispenser bekerja sebagaimana mestinya. Aku alihkan konsentrasiku ke layar televisi, hampir semua stasiun televisi broadcast seputar hari ibu. Pikiranku melayang kepada sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Sosok yang telah luar biasa mengajarkanku tentang makna hidup. Sosok yang tidak letih membentukku menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Sosok teladanku untuk menjadi wanita hebat.
Tiba-tiba alunan musik Bunda yang pernah dipopulerkan oleh Melly Goeslow menjadi backsound suatu acara reality show di salah satu televisi swasta. Mendadak aku menghentikan kegiatanku, hatiku bergemuruh, mataku melemah, perlahan butiran air membasahi kedua bola mataku. Seketika ku raih handphone dan ku dial no Bunda.
Dari ujung nan jauh di sana terdengar suara lembut yang menentramkan. Aku berusaha menahan butiran butiran air dari mataku agar tidak jatuh. Ku tarik nafas panjang ketika Ibu bertanya bagaimana disana? ada kabar apa? . Aku masih terdiam. Ibu mengulang kata halo. Aku masih terdiam dan mengatur suaraku agar tidak lemah. Ibu diam tanpa mengucap kata halo lagi. Waktu seperti berhenti seketika. Suasana di telepon hening. Tanpa panjang lebar,ku ucapkan " Ibu, Selamat hari Ibu ya, terima kasih sudah menjadi Ibu yang hebat buat Nina. Semoga Ibu sehat selalu dan Nina sayang Ibu. Nina sangat rindu pada Ibu." Aku tidak dapat membendung lagi, airmataku tumpah, aku terisak. Dengan lembut Ibu menjawab " Iya, terima kasih, doa Ibu selalu menyertaimu."



Jumat, 07 Desember 2012

Semudah itu Aku Jatuh Cinta





Saat pertama kali datang, aku jatuh cinta dengan budak kecil (anak kecil) yang bernama lengkap Satria Ramadhan.
Rama , begitulah panggilan akrab budak berambut ikal ini. Sepintas dia nampak seperti kucai di laskar pelangi. Kulit hitam dan berambut ikal. Dia suka tersenyum dan tertawa, bahkan hal kecil saja, dia tersenyum dan tertawa. Gerak-geriknya menggemaskan.
Aku selalu melihat wajahnya penuh dengan bedak yang tidak rata setiap pagi. Aku tertawa dibuatnya. Ada yang kurang lengkap ketika aku tidak mendapati sosoknya di kelas setiap pagi.
Tapi dia tergolong anak yang mudah emosi, ketika berkelahi dengan temannya, dia tidak sungkan memukul, alih-alih redam, temannya yang berusaha melerai justru menjadi korban Rama. Alhasil teman berantemnya pun bertambah dan pada akhirnya dia menangis.
Meskpun mudah emosi namun Rama mudah redam emosinya dan kembali tertawa serta tersenyum seakan-akan tidak terjadi apapun.
Seperti itulah, aku jatuh cinta pada Rama




Rama dkk melompat penuh semangat
Rama dkk bergaya ala pemain bola


..Kayuh-kayuh mimpimu ...


“ iye bu, setiap hari saye naik sepeda ke sekolah bu.” Ucap Lilis padaku.
“ memang rumahmu dimana?” tanyaku.
“ rumah ibu masih kesane lagi.masih jauh bu dari rumah ibu ” Jawabnya ringan.
Mata saya melotot seketika.
“ Allah, saya mohon ampun karena tadi pagi saya mengeluh hanya karena persoalan naek sepeda ke sekolah.” Kataku dalam hati.

Itulah sepotong percakapan singkatku dengan Lilis, murid kelas 5 yang setiap hari harus mengayuh sepeda mininya ke sekolah. Setiap hari aku harus ke sekolah naik sepeda dengan jarak rumah- sekolah hampir 3 km. Keringat bercucuran begitu tiba di sekolah, demikian juga ketika pulang sekolah, panas membara menggiringi sepanjang pejalanan. Mengeluh. itu yang aku lakukan. Namun begitu melihat Lilis yang bersepeda lebih jauh dariku, seketika hatiku menciut malu. Sejak itu tak boleh lagi ada kata mengeluh untuk bersepeda.

Setiap hari Lilis sudah duduk manis di ruang tamu rumahku, tepat pukul 06.30. sedangkan aku masih bersiap-siap, lagi-lagi hatiku menciut malu. Dia datang lebih awal untuk berangkat bersamaku.

Di tengah perjalanan, tanpa disangka segerombolan anak sudah menungguku.
Mereka juga naik sepeda.
Rasanya senang bukan main melihat mereka menungguku hanya sekedar ingin bersepeda ke sekolah denganku.
“ Ibu, besok naik sepeda lagi kan? “ tanya nadia, gadis berperawakan jangkung ini.
Aku tersenyum dan mengangguk.

Bel sekolah berbunyi tanda kegiatan belajar sudah berakhir. Begitu aku keluar ruang guru, beberapa anak menghampiri dan memegang tanganku seraya berkata “ Bu, ayo kita pulang bersama. Aku juga naik sepeda lho.”

Digiringnya aku ke tempat parkir sepedaku dan kami pulang bersama. Aku tidak mampu berkata apa-apa. Lagi-lagi rasa syukurku bertambah karena bertemu dengan mereka. Mereka mengajari banyak hal termasuk tidak boleh mengeluh atas suatu keterbatasan, bahkan mereka masih bisa tertawa meskipun dalam keterbatasan.

Terima kasih anak-anak, Ibu Rakhma sayang sekali kepada kalian.
Jangan berhenti mengayuh mimpimu, ibarat roda sepedamu yang terus berputar maka cita-citamu pun tidak boleh berhenti. Terus kayuh, kayuh dan kayuh. J

Minggu, 02 Desember 2012

Rupatku, Indonesiaku


Hei, kamu pernah mendengar pulau rupat? Sebuah pulau yang berada di provinsi riau dan merupakan pulau perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dulu sering disebut pulau terluar Indonesia, namun masyarakat menolaknya karena jika dikatakan terluar berarti tidak termasuk Indonesia. Rupat ini masuk di dalam kabupaten bengkalis. Kabupaten bengkalis berada di pulau bengkalis dan untuk menuju kesana dari pulau Rupat dibutuhkan waktu ±5jam jika menggunakan kapal pompong, ± 3 jam jika menggunakan speedboat. Namun transportasi tersebut tidak beroperasi setiap hari, hanya di hari-hari tertentu saja.

Pulau Rupat ini terbagi menjadi dua kecamatan yaitu rupat utara dan rupat. Sebagian besar pulau ini masih dipadati rimbunan pohon kelapa sawit dan karet. Sehingga wajar jika sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani karet. Nderes adalah istilah mereka yang berarti menoreh karet. Kebetulan saya tinggal di Desa Kadur, Rupat Utara. Di desa ini dekat dengan pantai yang terkenal dengan pasir putihnya. Aspalisasi sudah mulai masuk desa meskipun belum sepenuhnya, bahkan untuk menuju kecamatan saja harus menempuh jalanan yang rusak parah. Bayangkan saja, akses ke pusat pemerintahan masih buruk bagaimana dengan daerah lain.

pantai rupat

Listrik juga belum mengaliri desa ini, genset menjadi sumber listrik dan hanya berlaku dari pukul 5 sore hingga 12 malam namun ada juga sampai pukul 7 pagi.

Barang-barang negeri Jiran mulai bertebaran di desa ini. Makanan, minuman, kebutuhan pokok dan masih banyak lagi. Wajar saja produk negeri sebrang lebih mudah masuk ke desa ini, jarak yang ditempuh dari rupat-malaysia hanya 20 menit menggunakan  speedboat sedangkan dari rupat ke daratan sumatra sekitar 2 jam menggunakan speedboat. Itulah alasan mengapa produk-produk itu duduk manis di rak para pedagang.

Beberapa nelayan juga menggunakan mata uang ringgit meskipun tidak semua, hanya di pesisir tertentu saja.

Pulau rupat memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa. Pantai berpasir putih yang masih perawan, hutan yang rimbun dan alami, keanekaragaman suku menjadi daya tarik tersendiri. Suku akit adalah suku asli di Rupat. Suku akit mirip dengan suku China namun warna kulitnya agak gelap. Mereka banyak bermukim di desa Titi Akar. Suku akit, china, melayu, dan jawa menyatu dan hidup berdampingan.

Rumah-rumah di desaku sebagian besar adalah rumah panggung dan jika rumah suku asli, di depan rumah mereka akan kamu dapati benda mirip kotak pos yang digunakan untuk  tempat sembayang. Jadi mudah sekali membedakan mana rumah suku asli dan suku melayu. Disini juga banyak ditemui orang jawa karena dulu daerah ini menjadi tempat rantauan mereka (orang disini tidak suka menyebut transmigrasi namun rantauan). Sebagian besar mereka bersal dari Pacitan dan Ponorogo, Jawa Timur. 

Jangan harap kamu bisa menemukan tempe di sini. Tempe jarang sekali masuk di pasar-pasar. Mungkin seminggu sekali baru ada. Begitu juga daging sapi jadi wajar kalau sulit menemukan bakso. Masyarakat Rupat paling sering memasak ikan karena kebiasaan mereka mukat (jaring ikan) di laut. Hasilnya di jual atau dikonsumsi sendiri. Hal yang membuat saya salut dari mereka adalah kepiawaian mereka mengolah makanan laut tanpa ada rasa amis sedikitpun.

Kalau kamu pecinta durian, pulau ini tepat menjadi pilihanmu berkuliner ria. Hampir setiap rumah memiliki pohon durian. Mereka tidak pernah memetik durian, durian dibiarkan masak dan jatuh sendiri. Soal rasa? Jangan tanya, enak dan begitu legit. Begitu masuk mulut, daging durian itu langsung lumer dan meninggalkan rasa manis. Sesudah makan durian, mereka menuangkan air di tempat durian yang sudah habis kemudian meminumnya, hal ini dipercaya dapat mengurangi panas dari durian yang dimakan. Percayalah, durian Riau itu membuatmu menjadi pecandu durian.

Ayolah sekali-kali berkunjung ke pulau yang eksotis ini, jangan biarkan pulau ini menjadi pulau yang terabaikan karena letaknya yang berbatasan dengan negara tetangga. Sampai sekarang, Rupat masih mengibarkan bendera merah putih dan masih mengumandangkan Indonesia Raya. Rupatku, Indonesiaku J

Senin, 26 November 2012

Mereka tempatku tertawa :D





“ Ibu , tinggal disini e? “ tanya gadis kecil dengan logat melayu.
“ Iya. “ jawabku sambil tersenyum
“ Yes!! Nanti saya datang belajar kek sini e bu.” Ucapnya sambil berlari pulang

Aching, Abeng dan Darmanto datang ke rumah tepat pukul satu siang padahal kami berjanji akan belajar pukul 3 sore. Mereka ingin belajar bahasa inggris namun aku menolaknya, aku ingin mereka belajar matematika.

Aching, sekarang dia duduk di kelas 3. Aching adalah nama China gadis berperawakan kecil ini. Aku sulit memanggil nama melayunya sehingga Abeng kakaknya menyarankanku memanggil ching. Mereka bertiga adalah suku asli, China.

Siang itu abeng dan darmanto belajar sudut dan trapesium, namun aku sadar ternyata kemampuan perkalian mereka masih rendah sehingga aku mengajar perkalian terlebih dahulu. Lucu, setiap kali aku beri soal perkalian, mereka berdua kompak menuju jendela dan menengok keluar jendela. Begitu mendapat jawaban, mereka kembali duduk di depanku. Aku tertawa melihat tingkah polah mereka.

Sedangkan ching belajar penjumlahan bersusun ke bawah. Sebenarnya dia sudah diajari oleh wali kelasnya namun sudah lupa. Memang karakter anak-anak disini seperti itu. Materi yang diajar hari ini, besok sudah lupa. Jadi aku berusaha mengingatkan lagi.

Abeng dan darmanto masih berkutat dengan perkaliannya, setiap aku cek pasti ada yang salah.
“ Ah payah bu.” (ah, sulit bu) ujar abeng
“ coba dulu, pasti bisa.” Jawabku
“ buat PR saje ye bu, kita belajar trapesium saje e.” Kilahnya
Aku menggelengkan kepala.

Lagi-lagi setiap aku cek pasti ada yang salah.
“ yah, salah lagi. Aduh penat bu(lelah).” Kata darmanto yang terlihat sudah bercucuran keringat.
Aku hanya tersenyum.
Meskipun jawaban mereka salah namun mereka terus mencoba memperbaikinya bahkan ketika aku jelaskan caranya lagi, mereka menolak.
“ oh, ya bu. Saya paham, saya paham.” Kata Abeng memotong keinginanku untuk mengajarinya lagi.

Lama sekali mereka menghitung perkalian, demikian juga ching. Namun aku sabar menunggu mereka, aku tersenyum melihat mereka berpikir untuk mendapatkan jawaban.

“ anak-anak, ibu ajarin bahasa china dong.” Ucapku memecah keheningan.
“ Ah, nanti ibu pasti gagap kalau ucap bahasa china. Orang-orang melayu kek gitu bu, sering gagap.” Lagak ching.
“ masa sih? “ lirikku tidak percaya.
“ iya bu. Benar.” Kata ching tidak mau kalah.

Akhirnya merekapun mau mengajariku.
Cara mereka mengajariku membuatku tertawa, mereka kroyokan. Aku geli dibuatnya. Ada perasaan bahagia dan campur haru ketika melihat mereka mau mengajariku bahasa mereka.
“ eh, ibu kok gak gagap e?” tanya Ching heran.
Aku tertawa terpingkal-pingkal
“ iya dong, ibu kan pintar.” Jawabku percaya diri.
“ iya, ibu pintar, yang lain gagap waktu belajar bahasa china, kalau ibu tidak.” Sahut darmanto.

Tiba-tiba abeng mengingatkan dengan bahasa china yang artinya “ ayo cepat soal dikerjakan, nanti tidak selesai-selesai lho.”

“ eh iya, ibu rakhma sih pakai ngajak bicara, jadi gak selesai. Diam ya bu.” Kata darmanto.
Lagi-lagi aku tertawa mendengar celotehannya.

Hampir dua jam kami belajar bersama.
“ ibu, besok minggu kami datang lagi ya.” Ucap ching sambil mencium tanganku
“ eh minggu kan libur, ibu mau istirahat.” Jawabku menggodanya.
“ ah, pokoknya saya gak mau tahu. Hari minggu saya tetap datang.” Katanya kekeh.
“ ibu mau tidur saja ah kalau kamu datang.” Aku tambah menggodanya.
“ ya terserah, pokoknya saya datang. “ kemudian dia pulang.
Dari jauh dia masih saja teriak-teriak akan datang besok minggu kemudian dia melambaikan tangan. Aku tertawa lagi melihat tingkahnya.

Aku tahu sekarang mengapa kebanyakan guru itu awet muda, karena celotehan-celotehan anak-anaklah yang menghibur dan bisa membuat tertawa. Ketulusan hati mereka lah yang membuat aku begitu mencintai mereka dan ingin selalu berbagi karena kunci kebahagiaan adalah saling berbagi J

Sabtu, 17 November 2012

Bengkalis Manis

Formasi awal with RR

pisah sambut di wisma bupati bengkalis

Tidak disangka Tuhan mempertemukanku dengan keluarga baru yang sebelumnya tidak aku kenal. Keluarga yang kelak akan menemaniku tidak hanya 14 bulan ke depan namun sepanjang hidup. Tawa, tangis, kecewa, bangga dan bahagia akan menjadi hiasan bagi kami. Tidak berdiri di depan untuk memimpin, tidak berdiri di belakang untuk menggiring tetapi berjalan di samping karena kami seiring. Mereka adalah Bengkalis Manis...:)

kami siap berjuang
tiba di negeri junjungan :)

Kamis, 18 Oktober 2012

Gagal Hari Ini Tapi Tidak Esok Hari


 
         Pagi ini, Langkah si nona yang tergopoh-gopoh terhenti oleh lambaian tangan-tangan kecil yang setiap hari di lihatnya. Beberapa anak mengulurkan tangannya dan menciumi punggung tangan si nona sembari mengucapkan salam. Si nona berusaha menampakkan lesung pipinya meskipun nafasnya masih tersengal-sengal. Diayunkan langkah kakinya menembus belasan anak-anak yang berebut mencuri perhatiannya. Nafasnya diatur sedemikian rupa sehingga wajahnya nampak tenang.

Hari ini, si nona terlambat. Tugas yang menumpuk membuatnya harus begadang semalaman untuk menyelesaikannya. Namun  riasan wajah membuat kantung matanya terlihat samar.Meskipun wajahnya nampak tenang namun pikirannya berkecamuk tidak karuan. Dia sedang berpikir, apa yang akan diberikan untuk anak-anak hari ini. Sepanjang malam, dia berpikir namun nihil hasilnya.

Bel sekolah sudah terdengar.

Langkahnya semakin layu memasuki ruangan kelas satu. Ini kali pertama dia mengajar kelas satu. Bukan takut tapi si nona tidak tahu harus bagaimana, otak si nona sepertinya sedang membangun tembok tinggi sehingga tidak ada ide yang keluar.

Diintipnya anak-anak dari balik jendela kelas, beberapa anak berlarian kesana kemari dan sisanya sedang asyik berbagi cerita dengan temannya. Si nona masih termangu di depan kelas. Diintipnya lagi, terlihat dua anak di belakang sedang berkelahi dan beberapa temannya meneriaki. Peluhnya mulai mengucur perlahan, dingin menjalari tubuhnya. Ada perasaan ingin masuk kelas namun kakinya tidak dapat digerakkan.

Si nona masih menunggu

Lagi-lagi dia mengintip, kali ini suasana sudah mulai tenang. Dia menarik nafas kembali dan akhirnya memutuskan untuk memasuki medan. Tangannya menarik gagang pintu dan kakinya melangkah ke dalam kelas.

Waktupun merangkak.

Satu jam sudah berlalu

Terlihat langkah gontai keluar dari kelas. Wajah sang Nona nampak pucat pasi. Peluh membasahi baju yang dikenakannya. Dan tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya. Hatinya benar-benar hening.

 

 

*PPM Indonesia Mengajar hari ke-3*

 

Minggu, 07 Oktober 2012

Disinilah Gelap adalah Benderang

Malam ini aku putuskan hanya duduk di teras sebuah rumah yang sangat sederhana, rumah yang hanya berdinding dan berlantai kayu, rumah yang memiliki cukup banyak celah sehingga wajar jika malam hari terasa sangat dingin. Udara malam dengan mudah menyusup lewat sela-sela dinding kayu yang tidak berhimpit.
Tidak ada listrik, yang kutemui hanya secercah cahaya dari sebuah lampu darurat yang hanya bisa bertahan beberapa jam.
Gelap membungkus malam ku kali ini, namun ada yang berbeda dari kegelapan malam ini. Gelap yang mendamaikan. Aku merasa dekat dengan kegelapan, kupandangi langit yang seakan-akan tidak ada batas dengan bumi. Semua menyatu, bintang-bintang bertaburan tidak beraturan. Cahayanya berkelap-kelip begitu indahnya. Aku ibaratkan ini seperti ketombe yang begitu banyak di rambut yang hitam. Mulutku tidak berhenti berkomat-kamit merapal lafas kekaguman pada kebesaran Tuhan. Detik itu juga, ingin kuceritakan kepada dunia tentang indahnya langit malam ini. Aku yakin orang-orang yang hidup di tengah hiruk pikuk kota akan merasa iri padaku karena mereka tidak mendapati pemandangan yang luar biasa seperti ini. Bahkan ketika kutuliskan di lembaran-lembaran kertas, aku akan kehabisan aksara untuk menceritakannya. Indah, begitu indah dan sangat indah. Ini kali pertama aku menyaksikan taburan bintang yang begitu dekat dan sekarang aku tahu kenapa penduduk di desa ini tidak pernah mau meninggalkan tempat ini meskipun tidak pernah sekalipun listrik mengaliri desa ini. Karena tanpa listrikpun, desa ini begitu benderang dan bercahaya.
 
 
(Suatu Malam di Desa Cigumentong)
 
 

Bingkisan Untuk Kalian

Ayah...Bunda...
Apa kabarmu disana?
Kau tahu?
Aku rindu pelukan hangatmu
Aku rindu rentetan ceritamu
Aku rindu sapa cintamu
 
Maaf ayah, maaf bunda,
Aku belum bisa melipat jarak diantara kita
Tapi aku bisa memenuhi jarak itu dengan cinta
Dan akan kubentangkan tali kerinduan diantaranya
 
Mungkin tanganku tak bisa menggapaimu saat ini
Namun setiap saat kurapalkan berbait bait doa untukmu
Doa yang tidak pernah terputus
Kau tahu kenapa?
Karena ikatan doa ini begitu kuat
 
Tak pernah sekalipun luput dariku
Untuk meminta pada mentari agar menyambut pagimu
Untuk meminta pada bulan agar menerangi malammu
Dan meminta pada waktu agar menjaga umurmu
 
Ayah, Bunda,
Aku berjanji
Ketika aku kembali nanti
Akan kubingkiskan cerita-cerita yang sudah membangun hidupku
 
Ketika aku kembali nanti
Akan kubawakan bintang-bintang yang sudah menyinari hidupku
 
Ketika aku kembali nanti
Akan kugenggamkan mutiara-mutiara yang sudah menerangi hidupku
 
Dan..
Ketika aku kembali nanti
Akan kuhadiahkan cinta yang sudah kau hadiahkan untukku
 

Senin, 03 September 2012

...Happy International Hijab Solidarity Day ..

Langkahku tergopoh-gopoh menaiki anak tangga yang cukup membuatku terengah-engah. Pagi ini aku terlambat bangun, padahal kelas dimulai pukul 7.00 pagi . Beruntung, keterlambatan tidak jadi milikku seorang, langkah tergopoh-gopohku diikuti langkah mahasiswa lain. Hatiku sedikit lega begitu membuka pintu kelas, belum kudapati seorang dosen yang berdiri di depan kelas. Bergegas aku menuju tempat duduk yang masih tersisa. Beberapa mata mengintaiku dari kejauhan. Ada pula yang memincingkan matanya mengisyaratkan sesuatu. Aku tidak ambil pusing.
Hari ini aku pulang lebih awal karena dosen berhalangan hadir. Aku memutuskan segera pulang karena udara sangat tidak bersahabat. Aku khawatir puasaku tidak penuh. Euforia ramadhan di kampus ini begitu terasa saat bulan puasa seperti ini. Banyak poster-poster bertuliskan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa" bertebaran di dinding kampus. Di beberapa mading juga tertempel artikel tentang bulan ramadhan, puasa, amalan-amalannya dan ada satu tulisan telah menggerakkan hatiku untuk menutup aurat.

"Dalam rangka memperingati Bulan Ramadhan dan Hari Jilbab Internasional, setiap senin dan kamis  bagi para muslimah diwajibkan mengenakan jilbab "

Semenjak membaca tulisan itu beberapa hari lalu, kini aku berusaha menutup aurat meskipun hanya pada hari senin dan kamis. Memang keinginan mengenakan jilbab sudah terbesit sejak beberapa tahun lalu namun kesiapan hati dan godaan duniawi telah mengurungkan niatku yang semula sudah bulat.

" Kamu gak pake jilbab lagi?" tanya seorang teman begitu mendapati aku tidak mengenakan jilbab.
" ini Hari Rabu, di tulisankan cuma ditulis senin dan kamis." Kilahku enteng.
" Tapi agak aneh deh, biasa lihat berjilbab terus sekarang enggak. Agak gimana gitu." ucapnya.
" Belum siap, nunggu hati dulu." timpalku.
" Yahhh, berbuat baik kok ditunda." Katanya sambil berlalu.
Aku merasa tertampar dengan ucapannya.

 ***
Tidak terasa puasa tinggal 2 hari lagi, itu artinya sebentar lagi umat muslim akan merayakan hari kemenangan. Atmosfer di rumah malam ini berbeda, Ibu sedang sibuk memasak opor dan rendang, sedangkan Kakak dan Adik sedang menata makanan kecil untuk Lebaran. Sedangkan aku hanya menonton televisi.
Tiba-tiba Ayah masuk rumah tanpa mengucapkan salam dan membuat kami tersentak
" Pak Robi meninggal!" 
" Innalillahi wainna illahirajiun." Serempak kami mengucapkannya.
" Beneran Yah? " tanya adikku.
" Iya," jawab Ayah singkat dan bergegas berganti baju untuk melayat.
Ibu dan kakak mengikuti langkah Ayah dan segera keluar rumah untuk melayat ke tetangga yang berjarak dua rumah. Aku dan Adikku masih terdiam terpaku mendengar kabar tersebut.
" Padahal sebelum buka puasa tadi, aku ngobrol sama Pak Robi mbak." Ucap Adikku masih tidak percaya kalau Pak Robi sudah tiada.
" dan beliau masih tersenyum, badannya pun masih segar bugar." tambahnya.
" dan kemarin aku juga masih sempet nebeng beliau." aku menutup mata seolah tak percaya.
" cepet banget ya Mbak, beliau dipanggil." 
Bulu romaku bergidik seketika.
***
 “ Pak Robi meninggal kenapa Bu? “ tanyaku begitu kudapati Ibu pulang melayat.
“ Beliau jatuh di depan rumah dan seketika meninggal.” Ucap Ibu.
“ Ya Allah..” hatiku berdesir
“ Lha tho memang gak ada yang tahu umur seseorang, barusan sehat eh sekarang sudah dipanggil begitu saja.” Ibu menambahi.
“ Padahal Pak Robi orang baik ya Bu.” Kata Adikku yang lebih banyak mengenal beliau.
“ ya, semua kegiatan kampung beliau yang handle, orangnya juga gak neko-neko.”
Aku masih terdiam tak percaya, Entah kenapa aku merasa sangat terpukul dengan peristiwa ini. Rasa-rasanya ada sesuatu yang menggelitik di hati, perasaan yang campur aduk tidak karuan.
“ Makanya jadi orang itu yang baik. Jangan suka menunda kebaikan. Karena kita tidak tahu sampai kapan umur kita di dunia.”
Degh!!!!
Hatiku meratap, perkataan ibu persis seperti apa yang diucapkan seorang teman beberapa waktu lalu. Seketika aku jadi teringat jilbab yang masih menjadi niat.
Mataku menatap kosong, pikiran dan hatiku riuh tidak terkontrol.
***
Sudah hampir satu jam, aku hanya mematutkan diriku di cermin. Kupandangi wajah dan tubuhku, Kuresapi kata-kata Ibu “ Makanya jadi orang itu yang baik. Jangan suka menunda kebaikan. Karena kita tidak tahu sampai kapan umur kita di dunia.”
Aku merasa Allah masih sayang kepadaku. Dia masih memberiku waktu untuk berbuat sesuai dengan ajarannya. Dia masih mengijinkan aku menerima hidayah-Nya. Aku membayangkan jika niat kebaikan mematuhi perintahnya hanya ada dalam niat yang entah kapan terealisasi hanya karena kenikmatan duniawi yang sementara.
Rasa bersalahku semakin bertambah tatkala menunggu menutupi hati terlebih dahulu sebelum menutup aurat. Sampai kapanpun hati tidak akan siap jika kita tidak mendekat. Sekarang aku tidak akan menyia-nyiakan hidayah yang menghampiriku, aku akan memeluknya erat dan mendekapnya hangat.

Bismillahirahmanirahim
“ Ya Rabb, semoga apa yang aku putuskan ini semakin mendekatkan aku dengan kebaikan dan hidayah-Mu. Semoga apa yang aku putuskan ini menjauhkan aku dari hal-hal yang merusak Iman, Islam dan Ikhsanku. Jagalah aku dengan jilbab ini, Istiqomahkan aku untuk terus mengimaniMu.”

Dengan mantap, aku kenakan jilbab merah jambu yang sedari tadi sudah dalam genggamanku. Kurapikan penampilanku dan kubulatkan tekadku. Bergegas aku segera melangkah keluar rumah menuju kampus.



***
Itulah sedikit cerita pengalamanku saat mengenakan jilbab 5 tahun lalu, dimana hidayah itu datang di saat Bulan ramadhan dan Hari Jilbab Internasional. Mendekap Hidayah dan selalu berhusnudzon kepada Allah itu tidak akan merugi. Awalnya saya takut ketika mengenakan jilbab, saya berpikir tidak bisa sebebas dulu. Tapi bukankah jilbab itu memberi batasan yang bertanggungjawab atas sebuah kebebasan?
Awalnya juga bimbang, jika berjilbab saya tidak memiliki pakaian yang islami. Entah, seperti ada sebuah keajaiban, ketika saya hendak keluar rumah menggunakan jilbab selalu saja ada pakaian islami di dalam lemari. Entah itu pakaian lama yang sedikit dimodifikasi atau pakaian lama yang tidak terpakai. Alhamdulillah masih bagus dan pantas :D
Dan saya merasa selalu ada rejeki untuk membeli beberapa pakaian islami.
Subhanallah,
“Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman 13)


Ibarat Air dan tempatnya, ketika air dimasukkan ke dalam suatu wadah maka bentuknyapun akan menyesuaikan. sama halnya dengan berjilbab, hati itu akan mengikuti begitu kita mantap berjilbab. Jadi buang jauh-jauh pikiran bahwa menjilbabi hati dulu sebelum menjilbabi aurat.


Happy International Hijab Solidarity Day J

Selasa, 28 Agustus 2012

Kesana Aku Menuju

Deru-deru itu terus berpacu di dalam hati dan otakku.
Menuntunku ke sebuah tempat yang entah dimana.
Sapuan angin juga tidak kalah menuntunku.
Awalnya ragu untuk melangkah tanpa tahu arah, namun kaki begitu ringan sekan tiada beban.
Aku hanya bisa membangun percakapan padaNya di dalam hatiku. Bibirku sedang tidak bersemangat untuk berkomat-kamit sehingga cukup di dalam hati. Kuayunkan langkahku
Mataku tidak melihat arah yang jelas, namun hatiku melihatnya jelas dan memberikan pesan nyata ke kakiku sehingga aku ringan untuk melangkah.
Antah berantah, tempat macam apa?
Aku melewati tempat kerumunan orang yang saling bercengkrama begitu hangat. Mereka melambaikan tangan dan mengajakku bergabung.
Aku berhenti sejenak, aku tidak tahu apakah hati mereka sama hangatnya dengn ekspresi mereka.
Aku kembali melangkah
kali ini aku melewati tempat kerumunan orang yang membawa segepok harta yang bernilai. Mereka melambaikan tangan dan mengajakku bergabung.
Aku tidak tahu apakah hati mereka sama bernilainya dengan harta yang didapat.
Aku kembali melangkah
kali ini aku melewati tempat kerumunan orang yang tertawa terbahak-bahak.Mereka melambaikan tangan dan mengajakku bergabung.
aku tidak tahu apakah hati mereka juga tertawa selebar itu
Aku kembali melangkah
kali ini aku melewati tempat kerumunan orang yang saling bercerita bahagia. Mereka melambaikan tangan dan mengajakku bergabung.
aku tidak tahu apakah hati mereka juga bercerita bahagia.
Aku melewatkan semua, aku hanya membalas lambaian tangan mereka sembari tersenyum.
Aku kembali melangkah
Kali ini aku melewati tempat kerumunan orang yang saling mencemooh
Aku tidak tahu apakah hati mereka benar-mencemooh atau hanya sebuah perasaan cemburu.
Aku kembali melangkah
Aku terus melangkah dan melangkah tanpa henti
Aku sedang menuju ke sebuah tempat yang medannya terjal menantang
Aku sedang menuju ke sebuah tempat yang cahayanya tidak pernah meredup
Aku sedang menuju ke sebuah tempat yang nilainya melebihi sebuah nilai.
dan aku sedang menuju kesana bersama Dia. :)

Senin, 27 Agustus 2012

Lomba Penulisan "Bahasa Indonesia dan Kita"

KOMPAS.com - Dalam rangka Bulan Bahasa (Oktober) 2012, harian Kompas mengajak semua Kompasianer berbagi pengalaman seputar penggunaan bahasa Indonesia. Mari mencintai bahasa Indonesia dengan meramaikan lomba menulis bertema “Bahasa Indonesia dan Kita” di Kompasiana.

Syarat dan ketentuan lomba:
- Lomba terbuka bagi Kompasianer dan umum. Peserta umum dipersilakan membuat akun Kompasiana untuk mengirimkan karya.
- Tulisan tidak melanggar Ketentuan Konten Kompasiana.
- Tulisan menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
- Peserta wajib mencantumkan tag “bahasadankita” (tanpa tanda kutip).
- Tulisan yang dikirimkan bersifat baru, belum pernah dipublikasikan di media lain, dan karya orisinal pemilik akun.
- Jumlah tulisan tidak dibatasi.
- Lomba tertutup bagi karyawan Kompas Gramedia dan keluarganya.
- Keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat.

Dewan juri:Bambang Sigap Sumantri (Wakil Redaktur Pelaksana Kompas)
Tri Agung Kristanto (Kepala Desk Nusantara Kompas)
Pepih Nugraha (Managing Editor Kompas.com)

Lomba menulis ini dilaksanakan 10 Agustus-25 September 2012. Tulisan dengan tag lomba yang dikirimkan di luar periode tersebut tidak akan dinilai. Nama-nama pemenang akan diumumkan pada 18 Oktober 2012 di lembar Freez harian Kompas, Kompasiana, dan Kompas.com. Karya pemenang I-III akan dimuat di lembar Freez pada hari yang sama.

Tersedia hadiah menarik berupa uang tunai, piagam, dan suvenir untuk Kompasianer yang karyanya terpilih sebagai pemenang.

Pemenang I : Rp 5.000.000, piagam, dan suvenir Kompas
Pemenang II : Rp 3.500.000, piagam, dan suvenir Kompas
Pemenang III : Rp 2.000.000, piagam, dan suvenir Kompas
Hadiah hiburan : 10 paket suvenir Kompas dan voucer Toko Buku Gramedia @ 250.000

Pemenang lomba yang berdomisili di Jabodetabek akan diundang dalam penyerahan hadiah pada 20 Oktober 2012 bersamaan dengan seminar bahasa di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat Nomor 33-37, Jakarta Pusat. Bagi pemenang di luar Jabodetabek atau yang berhalangan hadir, hadiah akan dikirim.

Keterangan:

Pajak hadiah ditanggung pemenang 5% (dengan NPWP), 6% (tanpa NPWP) dihitung dari 50% nilai hadiah.

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi:
retma.wati@kompas.com
nanik.dwiastuti@kompas.com
amin.iskandar@kompas.com

Tunggu apa lagi? Mari buktikan kita cinta bahasa Indonesia!
 
Sumber :
Editor :
Caroline Damanik

Selasa, 14 Agustus 2012

Jadilah Muslimah Yang Cerdas :)

      Dewasa ini teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibat perkembangan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Salah satunya adalah di dunia  kecantikan . Banyak sekali produk kecantikan yang bertebaran di pasaran. Presentase jumlah perempuan yang lebih besar dibandingkan laki-laki semakin membuka peluang bagi para produsen produk  kecantikan berlomba-lomba memasarkan produknya dengan berbagai kelebihan. 
      Islam menyukai suatu keindahan. Hal ini tertuang di sebuah hadist yang berbunyi " Sesungguhnya Allah itu Maha-Indah dan menyukai keindahan". Sehingga tidak ada salahnya jika seorang muslimah memperhatikan keindahan dirinya namun tidak boleh berlebihan dan sebaiknya menghias dirinya dengan hal-hal yang mubah salah satunya dengan menggunakan  kosmetik  yang halal. Sangat disayangkan, kita sebagai muslimah yang ingin tampil cantik namun tidak cerdas dalam memilih produk kosmetik untuk dirinya sendiri. Sekarang ini banyak ditemui produk kosmetik yang  menggunakan bahan-bahan yang dilarang dan berbahaya namun berlabel halal yang dihalalkan. Kewaspadaan inilah yang harus dilakukan para muslimah. 
     Wardah adalah produk  kecantikan  yang ditujukan untuk muslimah namun seiring perjalanan waktu Wardah bisa dinikmati oleh seluruh wanita yang ingin tampil  cantik  yang aman. Produknya yang lembut dan menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kulit mengantarkan wardah memperoleh sertifikat  halal  dari MUI. Inilah sekilas tentang wardah yang diperkenalkan kepada saya ketika saya mengalami masalah kulit. Kulit yang sensitif dan mudah berjerawat membuat saya ingin menjadi muslimah yang cerdas dalam memilih produk kecantikan. Akhirnya saya memilih rangkaian acne series Wardah untuk langkah perawatan wajah saya. Beberapa produk yang saya gunakan antara lain : Acne Cleansing Gel, Acne Face Powder, Acne Treatment Gel, Pore Tightening Toner, dan Acne Perfecting Moisturizer Gel. memang tidak semua rangkaian seriesnya saya gunakan karena saya menyesuaikan dengan kondisi kulit saya waktu itu, misal scrub belum saya gunakan karena jerawat saya sedang meradang. Inilah yang menjadi keunggulan lain dari Wardah, bahwa segalanya disesuaikan kebutuhan dari para muslimah termasuk saya . Menurut saya, Wardah bukan merupakan jenis  kosmetik yang instan dan secepat kilat mengatasi masalah kulit, hal ini menunjukkan bahan-bahan yang digunakan masih alami. Semua membutuhkan proses termasuk bahan-bahan alami yang terkandung di dalam wardah. Setelah hampir 3 bulan, alhamdulillah saya merasakan manfaat dari Wardah.

Wardahku :)

     Selain mempercantik  diri lewat rangkain kosmetik, tentu sebagai muslimah kita harus  mempercantik  diri lewat perilaku yang sehat misal rajin berolahraga dan makan makanan bergizi. Jangan lupa, seorang muslimah yang cerdas, dia juga akan menghiasi jiwanya dengan kesantunan dan akhlaknya dengan akhlak yang mulia.
      Semoga blog ini dapat menjadi referensi para muslimah untuk menjadi muslimah yang cerdas dalam memilih dan menghiasi dirinya sesuai dengan ketentuan islam.




Best regard

Rakhma =)

Selasa, 07 Agustus 2012

LOMBA CERITA HARI ANAK NASIONAL 2012




DL: 31 Agustus 2012 Tema: "Aku Melawan Korupsi" *15 Tulisan Nominator Dibukukan Cetak Nasional Tujuan: Akhir-akhir ini sangat menyentak kesadaran kita mengenai fenomena maraknya terungkap kasus korupsi yang melibatkan elit-elit politik, dan lebih mirisnya yang terjerat hukum gara-gara korupsi itu adalah para pemimpin yang seharusnya mereka adalah panutan bagi bangsa ini. Hal ini sangat terkait dengan minimnya pendidikan "bahaya korupsi" dan dampaknya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di bangku sekolah. Sekarang ini sudah ada pendekatan "melawan" korupsi yang dikenalkan pada anak-anak sekolah dasar dan menengah pertama. Untuk menunjang program pemerintah mengenai pendidikan antikorupsi sejak dini, kami merasa terpanggil untuk membuat lomba cerita anak yang bertemakan tentang korupsi, bagaimana anak-anak dengan kepolosan dan kejujuran mereka bisa menjadi "alarm" dan pencegahan untuk menghindari tindakan korupsi sekecil apapun itu. Dengan cerita-cerita ini, pesan "melawan" korupsi akan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh anak-anak usia SD dan SMP. Sehingga anak-anak bisa menyerap nilai-nilai kejujuran, moral dan agama dari cerita-cerita tersebut. Kriteria Cerita:
  1. Cerita seputar dunia anak-anak yang berkaitan dengan semangat "melawan korupsi" yang bisa ditumbuhkan sejak usia dini. Tema ini bisa dijadikan menjadi topik-topik sederhana bagaimana seorang anak yang jujur mengembalikan milik orang lain, tidak mengambil punya orang lain, tidak menipu, berbohong dan menanamkan jiwa disiplin supaya tidak sering malas sekolah atau ogah-ogahan menyelesaikan tugas (korupsi waktu), dan cerita-cerita lain yang ada hubungannya dengan "korupsi" dalam lingkup yang lebih luas di dunia anak-anak.
  1. Cerita anak ini berisi tentang pesan-pesan moral, kejujuran, kedisiplinan, ketaatan pada ajaran agama yang melarang melakukan korupsi atau tindakan yang bisa menjadi kebiasaan orang melakukan korupsi.
  1. Tokoh utamanya adalah anak-anak (usia 6-15 tahun).
  1. Menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, cara bercerita yang mengalir, pesan yang disampaikan mudah dipahami anak-anak.
  1. Tidak menggunakan bahasa-bahasa vulgar, asusila, SARA dan kata-kata yang tidak pantas dibaca anak-anak.
  1. Panitia bisa menganulir naskah yang tidak sesuai dengan kriteria cerita yang kami inginkan di atas.
Syarat Penulisan:
  1. Terbuka untuk umum dan Writing Revolution, gratis.
  1. Maksimal mengirimkan 2 tulisan.
  1. Panjang tulisan 3-5 hlm, spasi 2, New Time Roman font 12, margin 3 cm atau 1,18 inchi semua sisi.
  1. Naskah dikirimkan dalam format LAMPIRKAN FILE (Attach File) ke email:antologi_wr@yahoo.co.id
  1. Tulis judul email: Lomba Cerita Anak
  1. Diharapkan mempublikasikan informasi lomba ini di note FB (minimal tag 30 teman) atau Blog.
Hadiah:
  • Juara I: Uang tunai Rp 300.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Juara II: Uang tunai Rp 200.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Juara III: Uang tunai Rp 100.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • 3 Juara Harapan mendapat beasiswa Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) Writing Revolution (ditambah 1 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Setiap nominator mendapatkan buku 1 bukti terbit + e-sertifikat.
Sistem Penerbitan Buku:
  • 15 tulisan terpilih sebagai nominator akan dibukukan, cetak nasional, masuk Gramedia, Togamas, Gunung Agung, dll.
  • Setiap kontributor mendapatkan royalti dan buku bukti terbit.
  • Buku diterbitkan Oktober
Sponsor:
  • Penerbit Writing Revolution.
Pengumuman: 15 September 2012 Kontak Panitia: Telp. 0274-8593096 Hotline. 085763208009 E-Mail: antologi_wr@yahoo.co.id


sumber : http://writing-revolution.blogspot.com/