Minggu, 07 Oktober 2012

Disinilah Gelap adalah Benderang

Malam ini aku putuskan hanya duduk di teras sebuah rumah yang sangat sederhana, rumah yang hanya berdinding dan berlantai kayu, rumah yang memiliki cukup banyak celah sehingga wajar jika malam hari terasa sangat dingin. Udara malam dengan mudah menyusup lewat sela-sela dinding kayu yang tidak berhimpit.
Tidak ada listrik, yang kutemui hanya secercah cahaya dari sebuah lampu darurat yang hanya bisa bertahan beberapa jam.
Gelap membungkus malam ku kali ini, namun ada yang berbeda dari kegelapan malam ini. Gelap yang mendamaikan. Aku merasa dekat dengan kegelapan, kupandangi langit yang seakan-akan tidak ada batas dengan bumi. Semua menyatu, bintang-bintang bertaburan tidak beraturan. Cahayanya berkelap-kelip begitu indahnya. Aku ibaratkan ini seperti ketombe yang begitu banyak di rambut yang hitam. Mulutku tidak berhenti berkomat-kamit merapal lafas kekaguman pada kebesaran Tuhan. Detik itu juga, ingin kuceritakan kepada dunia tentang indahnya langit malam ini. Aku yakin orang-orang yang hidup di tengah hiruk pikuk kota akan merasa iri padaku karena mereka tidak mendapati pemandangan yang luar biasa seperti ini. Bahkan ketika kutuliskan di lembaran-lembaran kertas, aku akan kehabisan aksara untuk menceritakannya. Indah, begitu indah dan sangat indah. Ini kali pertama aku menyaksikan taburan bintang yang begitu dekat dan sekarang aku tahu kenapa penduduk di desa ini tidak pernah mau meninggalkan tempat ini meskipun tidak pernah sekalipun listrik mengaliri desa ini. Karena tanpa listrikpun, desa ini begitu benderang dan bercahaya.
 
 
(Suatu Malam di Desa Cigumentong)
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar