Awalnya hanya sebuah puzzle yang berantakan dan tidak
membentuk gambar apapun. Puzzle itu meringkuk di lantai dan sesekali merasakan
dinginnya desisan angin yang berhembus perlahan lewat sela-sela ventilasi. Tak tersentuh,
hingga masa akan bersiap melahapnya dan tamatlah riwayat sang puzzle.
Sebuah tangan memunguti kepingan puzzle yang berserak
dan memasangkannya secara perlahan. Semakin lama sebuah gambar muncul dari
badan puzzle. Sebuah gambar sepasang sepatu yang manis.
Itulah kita, ibarat sebuah puzzle yang berantakan
kemudian karena ada tangan yang peduli dan logika yang membuat setiap bagiannya
saling melengkapi kemudian tersusun rapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar