Jumat, 24 Mei 2013

Konversi Malam


Lampu-lampu mulai dipatik untuk dapat menerangi malam, burung-burung kembali ke peraduan dan temaram mulai menampakkan kesunyiannya. Bukan untuk terlelap di antaranya namun malam membuatku terjaga. Seperti burung hantu yang menanti malam untuk dapat merasakan kehidupan, seperti kelelawar yang terbangun dan siap memangsa agar tidak kelaparan.
Aku tetap terjaga, menanti setiap detik, menit, dan jam bergerak. Kalau banyak orang tidak peduli dengan suasana malam maka tidak aku, aku terlalu peduli bahkan aku terlalu posesif. Meskipun sebenarnya aku tidak tahu seperti apa malam itu namun yang aku tahu hanya melalui malam lah, sisa detik dan menit ini sangat berarti. Tidak perlu dikonversikan menjadi sebuah percakapan, cukup dalam diam. Diam itu membuat udara di sekitarku dapat mengantarkan tentang dirimu, lewat udara aku merasakan rindu, lewat udara aku merasakan kasih yang kian berbuih. Udara itu beranak pinak menjadi sebuah dopping dan jelas menjadi sebuah candu yang terus memburu.
Jika boleh meminta, aku tidak ingin sang fajar terbangun dari tidurnya. Aku tidak rela setiap sisa penghabisan detik dan menit ini meluruh perlahan.


Tapi tunggu! bukankah pagi akan mengembalikan malamku? Akan mengembalikan penjagaanku atas konversi itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar